Opini  

Problem PKS Kota Bekasi Jelang Musda, Tak Ada Figur Selevel Herkos

Avatar photo

Musyawarah Daerah (Musda) PKS Kota Bekasi bakal segera digelar Agustus 2025 mendatang. Sayangnya, menjelang momentum penting tersebut, PKS dihadapkan pada problem siapa figur yang pas untuk menjadi nahkoda PKS untuk lima tahun mendatang menggantikan Heri Koswara (Herkos), yang sudah dua periode memimpin partai dan tak lagi mungkin dipilih.

Memang banyak nama-nama yang diproyeksikan menjadi calon pengganti Heri Koswara, hanya saja deretan nama tersebut nampaknya belum ada selevel dengan Heri Koswara dalam kapasitasnya sebagai politisi atau paling tidak mendekati.

Untungnya, PKS bukanlah partai politik yang bertumpu pada figur. PKS adalah partai yang bergantung betul pada sistem kepartaian dan organisasi, jadi siapapun orang yang duduk di pucuk kekuasaan, partai ini akan tetap bergerak dengan baik.

Sayangnya, sebagai sebuah partai PKS tidak hanya berurusan dengan internal saja, namun juga eksternal. Dalam hal ini pergaulan lintas partai politik, kemudian dengan masyarakat secara luas. Dan terakhir adalah bagaimana pertarungan politik lokal dalam hal ini Pemilu Legislatif tingkat Kota dan Pilkada.

Untuk pertarungan Pileg, PKS tentu sudah amat teruji. Sejak era reformasi, khusus untuk di Kota Bekasi mereka sudah tiga kali keluar sebagai pemenang. Yakni pada tahun 2004, 2019 dan 2024.

Tapi bagaimana dengan Pilkada? hingga kini problem tersebut belum terpecahkan oleh PKS. Sejak Pilkada 2008 sampai terakhir tahun 2024 lalu, PKS baru sekali merasakan kemenangan. Itupun posisinya hanya sebagai Wakil Wali Kota. Padahal saat itu, PKS punya figur sekaliber Ahmad Syaikhu, yang belakangan kita semua tahu ia menjadi pimpinan tertinggi PKS sebagai presiden.

Pertarungan politik lokal dalam skala Pilkada inilah yang akan menjadi problem PKS menjelang Musda. Paling tidak, Musda bisa melahirkan nahkoda yang nantinya memiliki kapasitas untuk ditarungkan pada Pilkada.

Sementara kita tahu, dari sekian nama yang bakal menjadi pengganti Heri Koswara, tidak ada satupun yang selevel dengannya atau paling tidak mendekati.

Sardi Effendi misalnya, meski saat ini duduk sebagai Ketua DPRD Kota Bekasi, namun nama Sardi saat ini tidak tertangkap dalam radar suksesi kepemimpinan Kota Bekasi lima tahun mendatang.

Apalagi waktu sudah mengujinya, ia gagal membawa Heri Koswara menang pada Pilkada lalu. Di Bekasi Utara, sebagai daerah pemilihannya sebagai anggota DPRD Kota Bekasi, Heri keok dari lawannya Tri Adhianto. Padahal kita tahu, bahwa Bekasi Utara bisa dikatakan sebagai kandang PKS, di mana setiap Pileg berlangsung PKS hampir selalu tampil sebagai pemenang.

Kekalahan di Bekasi Utara tentu menjadi catatan tersendiri, karena kekalahan tersebut menjadi faktor kunci yang mengubah hasil Pilkada keseluruhan.

Selain itu, belakangan Sardi justru nampak selalu tampil mesra dengan Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto. Kemesraan Sardi dan Tri ini cukup janggal mengingat penyelenggaraan pemerintahan di bawah nahkoda Tri sebagai Wali Kota tidak berjalan dengan baik. Banyak celah yang perlu banyak dikoreksi, namun Sardi dan Tri justru mesra bak sejoli.

Di bahwa kepemipinan Sardi, DPRD Kota Bekasi terkesan hanya sebagai tukang stempel Wali Kota Bekasi. Meminjam pepatah Jawa Pasrah Bongkokan, yang artinya manut saja setuju saja apa mau Wali Kota.

Sudah bisa dibayangkan, jika PKS di bawah kendali Sardi. Maka wajah PKS yang selama ini terkenal sebagai partai yang kritis objektif akan sedikit terkaburkan, karena akan lebih banyak menjadi penyokong kekuasaan Tri Adhianto walaupun bukan partai koalisi di Pilkada.

Saifuddaulah, juga figur lain yang juga berpotensi menjadi pengganti Heri Koswara. Hanya saja, kita cukup tau sepak terjangnya sebagai politisi di Kota Bekasi tak terlalu cemerlang, sekalipun pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Bekasi menggantikan koleganya Chairoman J Putro.

Sama dengan Sardi, Saifuddaulah juga gagal memenangkan Heri Koswara pada Pilkada lalu. Ia tak mampu mendongkrak suara Heri Koswara di Kecamatan Pondokgede yang tak lain adalah daerah pemilihan dirinya sebagai anggota DPRD Kota Bekasi. Hal cukup mengherankan, mengingat Pondokgede bisa disebut daerah elit PKS, karena di sana banyak petinggi PKS bermukim dari mulai Presiden PKS, Ahmad Syaikhu dan Bendahara PKS, Mahfudz Abdurahman.

Jika tampuk kekuasaan PKS Kota Bekasi jatuh ke tangan Saifuddaulah nampaknya susah bagi PKS untuk bisa bersaing dalam kontek perebutan kekuasaan lokal terutama Pilkada.

Mungkin PKS akan tetap eksis sebagai partai besar di Kota Bekasi. Namun hanya sekedar besar dari raihan kursi legislatif. Yang dampaknya kalah jauh jika dibandingkan kekuasaan eksekutif dalam hal ini kepala daerah.

Fendaby Surya Putra, sosoknya masih terlalu hijau di panggung politik Kota Bekasi. Namun di internal PKS, ia tengah jadi buah bibir para kader. Ini tidak lepas dari raihan suaranya pada Pileg 2024 lalu. Ia berhasil memperoleh suara tertinggi bukan saja di internal partai namun se-Kota Bekasi.

Namun banyak suara saja tidak cukup. Karena menjadi nahkoda partai banyak aspek yang mesti dipenuhi terutama jam terbang. Jam terbang amat sangat dibutuhkan karena akan berpengaruh pada langkah dan geraknya dalam menahkodai partai.

Satu hal yang mungkin bisa menjadi nilai plus, usia Fendaby yang masih muda bisa dibilang cocok dengan kebutuhan politik hari ini. Yang mana ke depan penduduk Indonesia termasuk Kota Bekasi salah satunya akan didominasi anak muda. Yang secara otomatis juga mendominasi jumlah pemilih.

Dengan dipimpin anak muda, bisa jadi PKS bisa lebih mengembangkan dan melebarkan sayap politiknya. Tidak seperti saat ini hanya menggarap segmentasi pemilih yang cenderung ekslusif. Yang dampaknya bisa dilihat pada setiap kali PIlkada, PKS selalu gagal menang dalam pertarungan. Kecuali saat mereka menjadikan Ahmad Syaikhu sebagai pendamping Rahmat Effendi.

Figur-figur lain di PKS juga memiliki kualitas yang hampir-hampir mirip. Dan sudah barang pasti tidak sama levelnya dengan Heri Koswara.

Tapi apa yang terjadi menimpa PKS hari ini tentu bisa dipahami. Mengingat kader-kader PKS Kota Bekasi banyak tidak muncul kepermukaan karena sempat tenggelam oleh figur Ahmad Syaikhu yang dulu terlampau kuat.

Bahkan sosok Heri Koswara sendiri sempat harus menunggu waktu lama sampai akhirnya bisa ada di posisinya saat ini. Termasuk juga nama-nama lain yang akhirnya berguguran seperti Chairoman J Putro dan Surtiono yang kini telah hengkang ke Partai Gelora yang berisikan alumni PKS.

Lepas dari apapun, PKS merupakan partai yang percaya terhadap regenerasi dan tidak bergantung pada figur. Sehingga bisa dipastikan akan lahir sosok baru menggantikan Heri Koswara melalui Musda yang sebelumnya diseleksi lewat ajang Pemilu Raya internal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *