Pasangan Tri Adhianto-Harris Bobihoe berpotensi keok dalam Pilkada Kota Bekasi 27 November 2024 mendatang. Hal ini setidaknya bisa dilihat dari hasil survei yang dirilis sejumlah lembaga survei baru-baru ini.
Walau survei yang ada menunjukan Tri-Bobihoe unggul dari pesaingnya seperti Heri Koswara-Sholihin dan Uu Saeful Mikdar-Nurul Sumarheni, namun survei juga menampilkan data-data yang bisa menjadi indikator kuat Tri-Bobihoe bisa kalah.
Misalnya survei Indonesia Development Monitoring (IDM) yang menunjukan Tri-Bobihoe unggul dari para pesaingnya. Yang mana melalui metode simulasi pertanyaan terbuka, 48,7 responden menyatakan memilih Tri-Bobihoe, sedangkan 32,4 persen memilih Heri-Sholihin dan 1,3 persen memilih Uu Saeful Mikdar-Nurul Sumarheni.
Tapi dalam survei yang sama terpampang fakta, sekitar 17,6 persen responden tidak memberikan pilihan atau belum menentukan pilihan. Survei juga memotret ada 39,3 persen responden yang masih mempertimbangkan pilihan mereka.
Kemudian baru sebanyak 57,8 persen responden yang paham bahwa akan ada pelaksanaan Pilkada yang diikuti oleh tiga pasangan calon.
Peluang Tri-Bobihoe keok juga terbaca di hasil survei yang dirilis Lembaga Studi Visi Nusantara (LS Vinus).
Dari hasil survei terbaru LS Vinus yang dilakukan pada periode 5-9 November 2024, elektabilitas Tri-Bobihoe disebut hanya naik 1,75 persen.
Jika pada survei sebelumnya elektabilitas pasangan ini 51,88 persen maka di survei terbaru elektabilitas mereka ada di angka 53,63 persen.
Dari dua hasil survei terbaru yang dirilis dua lembaga berbeda, jelas menggambarkan sejumlah indikator kekalahan Tri-Bobihoe.
Sebab dari survei tersebut, tergambar begitu dinamisnya pergerakan pemilih menjelang Pilkada 27 November 2024 mendatang. Yang itu artinya, peluang Tri-Bobihoe terjungkal sangat terbuka.
Apalagi di satu sisi, lawan politik mereka juga tidak dalam posisi pasif. Sebutlah Heri-Sholihin sebagai rival terberat Tri-Adhianto yang sejak awal kampanye hingga hari ini terus melakukan pergerakan yang tidak bisa dianggap enteng.
Selain bisa dibaca dari survei, potensi Tri-Bobihoe kalah juga bisa dilihat dari faktor-faktor lain.
Misalnya pergerakan partai koalisi sejauh ini. Walaupun pasangan ini disokong koalisi gemuk berisikan 10 partai politik, tapi kenyataannya partai-partai tersebut seolah diam di tempat.
Sebut saja PDIP, mereka sejauh ini tampak terlihat adem ayem. Bahkan, tidak banyak gerakan yang mereka lakukan selain sibuk melakukan rekrutmen saksi untuk bertugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Padahal PDIP merupakan partai tempat Tri Adhianto berasal atau bisa disebut penyokong utama pasangan Tri-Bobihoe.
Bahkan dari informasi yang didapat, sejumlah senior atau tokoh partai berlambang banteng itu, tidak banyak bergerak. Begitu juga para anggota DPRD Kota Bekasi yang mereka miliki.
Kalau toh mereka nampak terlihat bergerak, gerak yang mereka lakukan terbatas dan terkesan seadanya alias tidak total seolah hanya mengugurkan kewajiban sebagai anggota partai.
Ada sejumlah alasan mereka tidak bergerak, sumber internal partai menyebut tidak bergeraknya mereka lantaran tidak pernah dilibatkan dalam aktivitas pemenangan.
Apa yang terjadi dengan PDIP, nampaknya juga merambat ke partai koalisi lainnya. Gerindra, PKB, Demokrat sebagai partai yang punya kursi di DPRD Kota Bekasi, tampaknya juga tidak banyak bergerak.
Ditambah partai koalisi lainnya, yang tidak punya kursi di DPRD Kota Bekasi. Seperti Partai Gelora, Partai Umat, Perindo, Partai Buruh, PBB dan PKN.
Dengan tidak maksimalnya partai koalisi jelas membuat Tri-Bobihoe kesulitan untuk bisa menang di Pilkada Kota Bekasi. Apalagi PDIP sebagai partai penyokong utama mereka tidak bergerak total.
Padahal faktor PDIP amat diperlukan untuk kemenangan pasangan ini. Mengingat, hanya PDIP yang kemudian punya mesin partai yang paling solid di antara anggota koalisi lainnya.
Selain problem pada partai koalisi, Tri-Bobihoe juga banyak kehilangan basis dukungan yang justru memilih mendukung calon lain yakni pasangan Heri-Sholihin.
Misalnya segmen pemilih nasrani, yang banyak memberikan dukungan untuk pasangan Heri-Sholihin walaupun pasangan ini disokong partai-partai Islam dari mulai PKS, PPP, PAN dan hanya PSI saja yang kemudian berhaluan nasionalis. Padahal bisanya kalangan pemilih ini mendukung calon yang diusung partai berideologi nasionalis, terutama PDIP.
Belum lagi belakangan ini, pasangan ini kerap terganggu isu korupsi khususnya Tri Adhianto. Bahkan Tri sampai harus membuat pernyataan di sejumlah media, bahwa ia dan Bobihoe komitmen dalam menciptakan pemerintahan yang bersih serta bebas dari korupsi.
Faktor ini, juga akan menjadi kunci yang bisa membuat pasangan Tri-Bobihoe tumbang di Pilkada Kota Bekasi. Sebab mayoritas masyarakat khusunya Kota Bekasi menginginkan kepemimpinan bersih mengingat sudah dua kali Wali Kota Bekasi berurusan dengan korupsi, yakni Mochtar Mohamad dan Rahmat Effendi.
Saking sensitifnya isu ini, Rahmat Effendi sendiri bahkan tidak memaksakan pencalonan anaknya Ade Puspitasari yang merupakan anggota DPRD Jawa Barat dan juga Ketua Golkar Kota Bekasi di Pilkada kali ini.
Sebab berkaca pada pengalaman, Pilkada 2012, Mochtar Mohamad yang saat itu tersandung kasus korupsi gagal mendorong istrinya Sumiyati Mochtar untuk menjadi Wali Kota Bekasi lantaran kalah di Pilkada saat itu.
Kini dengan waktu tersisa tinggal beberapa hari, peluang Tri-Bobihoe kalah di Pilkada Kota Bekasi semakin terbuka. Apalagi jika Tri-Bobihoe tidak mengubah pendekatan untuk menggalang suara.
Sementara di sisi yang lain, Heri-Sholihin nampaknya jauh lebih siap untuk memenangkan kontestasi. Ini bisa dilihat dari makin derasnya dukungan kepada pasangan tersebut. Serta kabar unggulnya elektabilitas pasangan Heri-Sholihin dalam survei internal yang mereka lakukan dengan menggandeng PolMark selaku lembaga survei yang berhasil memenangkan Jokowi-Ahok dan Anies-Sandi di Pilkada DKI.
*Foto: Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto-Harris Bobihoe/Internet.
Iyaa lah koruptor ko dipertahankan, rakus serakah, KKN paling akut, ga liat senioritas, tkk gaji dipotong, kerjaan milik Sagala dosen semua, lu kita kita kagak perlu makan, udahlah itu NYATA, yg dukung 3 skrg hanya yg butuh makan sesaat. Herkos no 1 satu2 nya pilihan yg berani kampanye anti korupsi, RE bapak bekasi bijaksana dalam bersikap di pilkada skrg, dukung HERKOS, UU urusan Golkar, tinggalkan tri bukan tanpa alasan, sebentar menjabat berantakan semua yg ditata, org2 dia dipasang di lumbung emas semua. Kasian pejabat jujur yg ga punya duit. Kalah sama kerajaan PU, yg disebar ke perkim dll.. herkos no 1. Aamiin.