Irvan Mardianto (35) tidak pernah membayangkan bakal begini jadinya: istrinya, Asri Pertiwi (28), pergi meninggalkannya seorang diri demi organisasi Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar.
Pergantian tahun adalah saat-saat yang menyedihkan bagi Irvan. Padahal ia membayangkan bisa merayakan hari ulang tahun perkawinannya yang kelima dengan sang istri, tepatnya 2 Januari. Tapi, hari itu, ia kesepian. Keluarganya sedang dalam kondisi berantakan.
“Saya sedih sekali. Ia membawa dua anak kami. Ia ke Singkawang, Kalimantan, bersama anggota Gafatar,” kata Irvan di rumahnya di Jalan Dasa Dharma Raya, RT 04 RW 07, Kelurahan Bojong Rawalumbu, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, Rabu (13/1/2016).
Irvan bercerita, ia menikah dengan Asri pada tahun 2011. Tahun 2012, mereka dikaruniai anak perempuan, Naima (3). Tahun 2014, Asri melahirkan anak laki-laki, Abinaya (1,5). Sekarang, Asri pun masih hamil tiga bulan.
“Saya khawatir dengan istri dan anak saya. Sudah saya bujuk untuk pulang, tapi ia tidak mau. Ia patuh dengan orang yang disebutnya sebagai Iman,” kata Irvan.
Di mata Irvan, Asri adalah istri yang sabar. Awal-awal Asri ikut Gafatar, Irvan tidak pernah berpikir macam-macam. Tidak ada perubahan yang mencolok. Kegiatan Gafatar pun hanya sebatas kegiatan sosial.
Namun, seiring berjalannya waktu, Asri kerap pulang larut malam dan jika ditegur akan marah-marah. Jika ia tidak keluar rumah, maka teman-teman Gafatar-lah yang datang ke rumahnya.
“Kadang pulang larut malam, tidak pamit. Kalau saya tanya dari mana, ia marah-marah. Kami jadi sering berselisih paham dan akhirnya ribut,” kata Irvan.
Dari segi religius, Irvan juga menangkap perubahan yang terjadi pada sang istri. Asri tidak lagi menjalankan salat lima waktu–ibadah yang hampir tidak dilewatkan Asri sebelumnya.
“Istri saya mendadak menjadi seorang yang suka berbicara paham, berbicara ideologi, berbicara dalil. Agak aneh bagi saya,” kata Irvan.
Diberitakan sebelumnya, Irvan melapor ke Polresta Bekasi Kabupaten pada Rabu (6/1/2016). Menurutnya, sang istri hilang sejak 28 Desember 2015.
Irvan menceritakan, pada Senin (28/12/2015) pagi, sang istri minta diantarkan ke temannya bernama Sherly di daerah Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
“Sherly baru lahiran, jadi istri saya ingin menjenguk. Dua anak saya ikut,” kata Irvan.
Karena harus bekerja, Irvan pun pamit dan berjanji akan menjemput istrinya pada malam hari usai pulang kerja. Pukul 20.00, Irvan memenuhi janjinya.
“Sherly bilang, istri dan kedua anak saya sudah pamit sekitar pukul setengah dua siang. Saya langsung menghubungi ponselnya, tapi sudah tidak aktif,” ungkap Irvan.
Beberapa hari kemudian, ponsel sang istri aktif. Namun, setiap kali Irvan menghubungi, istrinya tidak mau mengangkat ponselnya. Mereka hanya berkomunikasi via SMS.
“Tapi sekarang sudah tidak bisa berkomunikasi sama sekali. Ponselnya tidak aktif lagi,” kata Irvan. (KBC-K1/Res)