Air tenang menghanyutkan, peribahasa tersebut nampaknya pas menggambarkan sosok Penjabat (Pj) Wali Kota Bekasi, Raden Gani Muhammad. Sosoknya yang kalem, pembawaannya tenang membuat langkahnya seoalah tidak terbaca.
Diakui atau tidak, hadirnya Gani cukup membawa efek kejut di lingkungan Pemerintahan Kota Bekasi terutama bagi para pejabatnya.
Para pejabat tidak menyangka, jika Gani benar-benar menggunakan powernya sebagai kepala daerah meskipun berstatus sementara.
Powernya, ia gunakan untuk melakukan koreksi. Baik melakukan koreksi terhadap kinerja para pejabat hingga mengkoreksi serangkaian kebijakan.
Langkah melakukan koreksi inilah yang sebelumnya tidak dibaca para pejabat, terutama koreksi terhadap kinerja pejabat. Mereka kabarnya kaget dan kini berubah sikap.
Mereka yang mulanya menyepelekan Gani, sekarang mulai segan. Sejumlah instruksi dan arahan yang awalnya dianggap angin lalu, sekarang benar-benar diperhatikan secara seksama.
Bahkan, kabarnya sebagian pejabat yang awalnya masih menjalin hubungan dengan eks Wali Kota, Tri Adhianto kini mulai berbalik badan.
Memang ada sebagian yang kabarnya masih loyal pada mantan bosnya, tersebut. Tapi itu hanya segelintir.
Gani pelan tapi pasti, mampu memotong pengaruh Tri di tubuh birokrasi terutama di level pejabat. Yang pada dasarnya, pengaruhnya tidak terlalu kuat.
Terputusnya hubungan tersebut jelas menjadi suatu yang positif bagi Pemkot Bekasi.
Pemkot Bekasi beserta aparaturnya menjadi bekerja sebagaimana mestinya. Mengabdikan diri kepada msyarakat dengan menjaga dan mengedepankan netralitas sebagai pelayan publik.
Dengan demikian, maka celah untuk melakukan tindakan menyalahi aturan seperti Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) bisa dicegah.
Sebab jelas, tidak ada hukum yang mengatur bahwa seorang bekas kepala daerah ikut cawe-cawe mengatur pemerintahan.
Selain melakukan koreksi terhadap kinerja pejabat, ia juga berani melakukan koreksi terhadap kebijakan.
Ada beberapa kebijakan Tri Adhianto yang ia koreksi, karena mungkin dianggap kurang pas alias tidak tepat.
Kebijakan tersebut diantaranya soal perubahan nama jalan. Dan yang terbaru berkenaan dengan pembubaran Tim Percepatan Pelayan Publik (TP3)
Kalau dilihat, memang dua kebijakan tersebut tidak memiliki dampak dan pengaruh yang besar terhadap pemerintahan.
Namun bagi Tri secara pribadi jelas berdampak. Ada dua dampak sekaligus yang ia dapat.
Pertama soal kredibilitas, dengan adanya koreksi terhadap kebijakan perubahan nama jalan menunjukan Tri tidak kredibel sampai-sampai kebijakannya mesti dikoreksi.
Sementara bubarnya TP3 berdampak secara politis bagi Tri. Sebab TP3 dibentuk salah satunya untuk mengakomodir atau merangkul kekuatan politik di sekeliling Tri, baik kawan ataupun rival. Karena faktanya lembaga itu banyak diisi orang-orang politik ketimbang pakar atau ahli.
Bubarnya, TP3 sekaligus menunjukan betapa Tri sangat lemah secara politik. Ia tak punya kekuatan untuk menjaga orang-orang di sekelilingnya.
Perlu juga diingat, Gani sendiri baru tiga bulan di Kota Bekasi. Bayangkan jika ia berada di Kota Bekasi sampai Pilkada selesai digelar. Sudah barang pasti, Gani bisa membuat Tri kian tenggelam.
Apalagi jika di tengah jalan, ia memutuskan maju dalam Pilkada Kota Bekasi. Kecil memang kemungkinannya, namun bukan berarti tidak mungkin toh?
Oleh : Redaksi Klik Bekasi
*Foto: Pj Wali Kota Bekasi, Raden Gani Muhammad.