Cerita Mahasiswa UI Asal Bekasi yang Hilang Misterius

Mahasiswa semester I Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia, bernama Nadil Muhammad Dzakir (20), dikabarkan hilang sejak Minggu, 10 Januari 2016. Keluarganya sudah melaporkan kasus ini ke Polsek Tambun, Kabupaten Bekasi, pada Selasa (12/1/2016).

Nadil selam ini tinggal bersama sang orangtua di Perumahan Bekasi Timur Permai Blok D-17, RT 04 RW 02, Desa Setiamekar, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Tiap hari, aktivitas di luar rumah hanya kuliah saja di UI Depok.

“Minggu itu, ia bilang mau pergi ke masjid sekitar rumah untuk salat Ashar. Setelah itu dia tidak pulang. Kami sudah mencarinya ke kampus, tapi tidak ada,” kata Nurbaiti (55), ibu Nadil, saat ditemui di rumahnya, pada Senin (18/1/2016).

Saat keluar rumah itu, kata Nurbaiti, Nadil tidak membawa tas. Ia juga tidak membawa ponsel atau kartu identitas. Ia hanya mengenakan sandal jepit, celana jin hitam dan kaus merah marun. “Seperti tidak hendak bepergian jauh. Tetapi ia membawa kartu ATM Mandiri,” kata Nurbaiti.

Menurut Nurbaiti, karena Nadil hanya memiliki saldo Rp 140 ribu di rekeningnya, maka ayah Nadil, Yasin (50), mentransfer uang Rp 2 juta pada Selasa (12/1) atas inisiatif keluarga. Beberapa hari kemudian, mereka pun mengecek data transaksi di bank.

“Kami tahu saldo Nadil sedikit. Untuk itu, kami mentransfer. Segaligus untuk memantau. Ternyata, Nadil sudah menarik semua uangnya di ATM Mandiri di Summarecon Mal Bekasi,” kata Nurbaiti.

Kata Nurbaiti, keluarga melapor ke polisi karena khawatir Nadil ikut organisasi-organisasi berpaham aneh, seperti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang belakangan ini meramaikan pemberitaan media massa karena dianggap ‘membuat orang pergi meninggalkan keluarga’.

Pemuda cerdas

Nurbaiti bercerita, sebelum masuk UI, Nadil pernah kuliah di jurusan Biotechnology and Neuroscience di Surya University, kawasan Scientia Garden, Summarecon Serpong, Tangerang. Namun, baru semeter IV, Nadil keluar dari kampus yang didirikan fisikawan Yohannes Surya itu.

“Ia kuliah di Surya tanpa bayar, karena mendapatkan beasiswa sebagai mahasiswa berprestasi. Tapi di tengah jalan, ia ingin kuliah di UI,” kata Nurbaiti.

Menurut Nurbaiti, Nadil kerap menghabiskan waktu di kamar untuk membaca buku-buku ilmiah dan berkutat dengan laptop. Wajar saja jika anak kedua dari tiga bersaudara itu biasa mendapatkan juara umum dalam olimpiade matematika.

“Nadil sering di kamar, internetan atau baca buku kuliah. Tidak punya teman dekat atau pacar. Ia baik-baik saja. Tapi dua bulan terakhir memang agak pendiam dan murung,” ungkap Nurbaiti.

Nurbaiti dan Yasin berharap laporannya ke polisi bisa membuahkan hasil. “Kami khawatir. Bapak Nadil sampai jarang berangkat kerja. Kami sudah mencari ke berbagai tempat keramaian seperti pasar, terminal, stasiun. Ke kampus juga berkali-kali. Tapi Nabil tidak ada,” katanya.

Kanit Reskrim Polsek Tambun AKP Eko Rudianto, saat ditemui di kantornya mengatakan, petugas hingga saat ini masih berusaha melakukan pencarian. Kendala yang dihadapi yaitu karena Nabil tidak membawa barang-barang yang dapat dideteksi.

“Kalau ia membawa ponsel, misalkan, keberadaannya pasti cepat terlacak. Ia tidak membawa apa-apa selain kartu ATM. Tapi polisi berusaha semaksimal mungkin menemukan Nabil,” katanya. (KBC-K1/Res)

Tinggalkan komentar