Wacana ‘Gila’ Pemkot Bekasi Atasi Banjir Pondok Gede Permai

Warga Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, seolah sudah biasa dengan banjir yang melanda rumah mereka.

Kamis (21/4/2016) pagi hingga Jumat, misalnya, ketinggian air banjir di perumahan yang dibangun sebelum tahun 2000 itu mencapai 2 sampai 4 meter.

Pemerintah Kota Bekasi sempat menawarkan wacana ‘gila’ kepada warga perumahan tersebut untuk menanggulangi banjir akibat tanggul di Kali Bekasi kerap jebol.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, wacana gila itu adalah merelokasi ribuan rumah di PGP. Menurut dia, Perumahan PGP saat ini dihuni oleh sekitar 1.500 kepala keluarga.

“Kalau konsep itu (relokasi) dilakukan dan diterima oleh warganya, tentu ada konsekuensi biaya yang harus ditanggung pemerintah,” katanya belum lama ini.

Konsekuensi biaya yang dimaksud, berupa uang ganti rugi rumah warga serta pembebasan lahan dan proyek penanggulangan banjir di lokasi tersebut.

“Kalau di sekitar jalan menuju Perumahan Villa Nusa Indah kita bebaskan dan dijadikan dam, mau atau tidak warganya,” katanya.

Pihaknya memproyeksikan, pembangunan dam di kawasan itu efektif untuk menyelesaikan persoalan banjir di sepanjang bantaran Kali Bekasi.

Air kiriman dari Kabupaten Bogor yang melintas di Kota Bekasi bisa “ditampung” untuk sementara di dam PGP yang berada di hulu Kali Bekasi sebelum dilepas ke wilayah Kota Bekasi.

Ditolak warga

Meski demikian, kata Rahmat, sejauh ini mayoritas warga PGP menolak wacana tersebut.

“Kalau relokasi memang agak berat karena sebanyak 900 warga dari tiga RW di Perumahan Pondok Gede Permai menolak direlokasi,” kata Rahmat.

Adapun solusi jangka pendek yang tengah digagas pihaknya bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berupa kegiatan tanggap darurat di sekitar lokasi banjir.

“Kalau lumpur di sungainya tidak dikeruk dan buka Bendung Kali Bekasi tidak tepat, pasti akan banjir,” katanya.

Ralentine (30), warga RW 10 Perumahan Pondok Gede Permai, mengaku sudah biasa hidup dengan banjir di perumahan tersebut sejak 2004.

“Saya sudah biasa dengan banjir. Lagi pula kalau rumah saya dibeli pemerintah, paling harganya tidak bisa untuk menutupi beli rumah baru,” katanya.

Ia mengatakan kawasan perumahan itu biasanya banjir tiga sampai lima kali dalam setahun.

“Kalau dihitung-hitung saya rugi kalau pindah, karena usaha keluarga di sini sudah jalan dan konsumennya bagus,” kata Ralentine, yang membuka rumah makan Padang di PGP. (Ant/Res)

Tinggalkan komentar