Belum genap setahun, atau lebih tepatnya baru setengah tahun, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sudah membuat banyak gebrakan. Prestasinya membuat kita optimis dan bangga menjadi bagian Indonesia.
Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2013 nilai ekspor perikanan Indonesia mencapai US$ 2,86 miliar, kemudian pada tahun 2014 naik menjadi US$ 3,1 miliar. Lalu pada kuartal I 2015 nilai ekspor perikanan sudah menembus US$ 906,77 juta.
“Melihat angkanya bikin saya merinding, saya suka melihat angkanya,” kata Susi. (Baca: Belum Genap Setahun, Prestasi Menteri Susi Ini Bikin Kita Merinding)
Pencapaian tersebut tidak terlepas dari kerja keras Menteri Susi dalam bekerja membenahi kementeriannya. Di internal kementerian, ia menerapkan filosofi kerja yang menakjubkan: berlarilah, maka segalanya akan mudah bagimu.
“Saya hanya ingin bekerja cepat. Cepat selesai, cepat berhasil dan bagus hasilnya,” katanya.
(Baca: Filosofi Kerja Menteri Susi yang Menakjubkan)
Pertama kali masuk kerja, target pertama yang ia lakukan adalah dengan menyetop pencurian ikan. Caranya? Ia mendata semua kapal penangkap ikan di perairain Indonesia, lengkap dengan nama perusahaan dan pemiliknya serta status izin operasinya. Kemudian ia mengeluarkan moratorium (kebijakan menghentikan sementara) izin operasi kapal.
Salah satu gebrakan yang sempat membuat geram negara lain ialah aksi Menteri Susi membakar kapal-kapal yang mencuri ikan di perairan Indonesia. Pemerintaham sebelumnmya tidak berani seperti ini. Untuk menjalankan aksinya, ia menguatkan kapal-kapal milik TNI AL yang siap mengejar pencuri ikan.
(Baca: 5 Hal Penting yang Diucapkan Menteri Susi di Hari Pertama Ngantor)
Tidak ingin kecolongan, Menteri Susi juga meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengawasi kementeriannya. Pelaksana Tugas Ketua KPK Johan Budi mengakui bahwa gebrakan Menteri Susi sangat membantu lembaganya untuk mulai mengusut korupsi di bidang kelautan dan perikanan.
Tekad Bulat
Tidak seperti kebanyakan pejabat pemerintah, Menteri Susi ingin bekerja total di kementeriannya. Ia ingin mengabdi untuk bangsa dan negara. Bahkan, dari awal bekerja, ia berjanji tidak akan mengambil gajinya di kementerian. Gaji tersebut disumbangkan untuk nelayan jompo.
Berapa gaji Susi sebagai menteri? Ia memberikan bocoran, gajinya adalah Rp 19 juta. Uang inilah yang tidak akan diutak-atik. Ia pernah bercanda, gajinya sebagai menteri hanya 1 persen saja dari gajinya di perusahaan miliknya. “Cuma 1 persennya saja,” kata Susi bercanda.
(Baca: Ketika Menteri Susi Kerja Tanpa Pikirkan Gaji)
Sempat beredar rumor menteri Susi ingin mundur dari jabatannya. Masyarakat banyak yang tidak rela jika keputusan diambil Menteri Susi. Belakangan, Menteri Susi ternyata ingin benar-benar menyelesaikan tugasnya dengan baik.
“Saya dapat kabar 5T (Rp 5 triliun) untk saya walk away. Nilai yg sangat banyak. Saya bangga tarif untk seorang lulusan SMP begitu mahal,” kata Susi belum lama ini. “Tapi Nurani & Kebebasan saya tidak mungkin saya jual, Indonesia terlalu Hebat untk ribuan triliun. Kehormatan yg membawa saya ke jabatan ini,” ungkapnya.
(Baca: Pernyataan Menteri Susi yang Bikin Geger)
Susi merasa mundur dengan cara berjalan kaki, bila hal itu dianggap lebih terhormat dibandingkan uang Rp 5 triliun. “IF walk away its a part of honour I will do with all honour. But not bcause of I sell my freedom of mind and my PRIDE, I cant life without,” terangnya.
Ingin Indonesia jaya di laut
Menteri Susi ingin Indonesia menjadi negara yang jaya di laut. Sebagai perempuan yang hidup di pesisir sejak kecil, Susi tahu betul bagaimana penderitaan nelayan Indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah nelayan Indonesia semakin turun, bahkan banyak usaha perikanan yang gulung tikar.
(Baca: Kisah Hidup Susi Pudjiastuti)
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka survei jumlah nelayan dari 2003-2013 turun dari 1,6 juta menjadi 800.000 rumah tangga.
“Kita harus bisa mengembalikan dan kemungkinan seseorang bisa hidup dari perikanan sehingga bisa sejahtera. Sehingga bisa meningkat kembali menjadi 1,6 juta nelayan. Untuk Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap ini kerja serius untuk mengembalikan jumlah nelayan kita,” tambahnya.
Selain itu, Susi juga merilis ada 115 perusahaan pengolahan ikan yang tutup selama 10 tahun periode yang sama. Sehingga ke depan ia menegaskan, tetap memprioritaskan pemberantasan illegal fishing demi kesejahteraan nelayan dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
(Baca: 5 Obsesi Menteri Susi untuk Membuat Indonesia Jaya di Laut)
“Perjuangan kita belum selesai. Hari ini bertepatan Hari Kebangkitan Nasional. Perjuangan harus dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah untuk membangun kemandirian swasembada pangan tercapai,” jelasnya. (Res)