Surat Sakti Orang Dekat Wali Kota Bekasi

Pelan tapi pasti, tabir di balik pemecatan dua kepala dinas oleh Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mulai tersingkap.

Ada kepentingan politik yang begitu kuat di balik pemecatan Kepala Dinas Pendidikan, Rudi Sabarudin, dan Kepala Dinas Sosial, Agus Dharma.

Baca:

Kepala Dinas Selera Wali Kota Bekasi
Siapa Rudi, Kepala Dinas yang Dipecat Wali Kota
Kursi Panas Sang Kepala Dinas

Untuk kasus pemecatan Rudi, Klik Bekasi menemukan fakta baru yang mencengangkan. Rahmat Effendi disinyalir memecat Rudi lantaran kepentingan orang dekatnya tidak terakomodir di Dinas Pendidikan.

Adalah Abdul Manan, politikus senior Partai Golkar Kota Bekasi–partai di mana Rahmat Effendi bernaung.

Kepada Rudi, Manan mengirimkan secarik memo atau surat sakti. Isinya, Manan meminta Rudi memasukkan sembilan orang titipannya di Dinas Pendidikan–menjadi Tenaga Kerja Kontrak.

“Pak Kadis ini daftar nama dari teman-teman Dewan yang akan dimohonkan bisa menjadi TKK sebanyak 9 orang,” demikian isi memo Manan kepada Rudi, lengkap dengan tanda tangannya.

Manan juga melampirkan nama-nama orang titipannya. Saat dikonfirmasi Klik Bekasi, Manan mengakui bahwa surat tersebut memang ditandatangani olehnya.

Hanya saja, tampik Manan, memo itu muncul bukan atas inisiatifnya, melainkan atas permintaan koleganya, yaitu Sanwani.

IMG-20160729-WA0001
Isi memo Manan.

Sanwani merupakan salah satu anggota DPRD Kota Bekasi dari Fraksi PPP. Selain itu, Sanwani juga aktif bersama Manan di Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi.

“Betul. Begini. Jadi saya tidak minta, saya tidak punya orang tidak punya calon. Tapi itu adalah punyanya teman-teman DPRD. Merasa karena saya dianggap lebih tua, saya diminta tanda tangan saat di FKUB,” ujar Manan, belum lama ini.

Saat itu, Manan mengaku berpikir positif soal surat tersebut dan memilih menandatanganinya begitu saja. “Saya tandatangani saja, karena saya punya pikiran positif,” kata dia.

Manan menegaskan bahwa nama-nama yang ada sama sekali tidak ada kaitan dengan dirinya dan tidak ada satu pun yang ia kenal.

“Tanya saja Pak Ustad Sanwani. Jadi saya nggak punya orang, nggak kenal orang-orang, ngggak kenal. Selama ini saya tidak pernah merasa begitu, saya sifatnya membantu.”

IMG-20160729-WA0002
Nama titipan yang terlampir di memo.

Manan tidak pernah berpikir jika surat tersebut pada akhirnya menimbulkan persoalan. “Saya orangnya enak saja, saya pikir tidak ada dampak lain-lain,” kata dia.

Sebelum menandatangani memo, Manan mengaku sudah mewanti-wanti kepada Sanwani untuk langsung mengirimkan memo itu sendiri kepada Rudi. Namun, kata Manan, Sanwani merasa tidak percaya diri.

“Saya wanti-wanti dia: ini harusnya Anda sendiri sebagai anggota DPRD (yang mengirimkan memo). Masa Anda nggak bisa,” kata Manan, mengulang pesannya kepada Sanwani.

Kata Manan, Sanwani kemudian menjawab, “Coba Pak, Bapak kan kenal baik dengan Rudi.”

Rudi, jelas Manan, dulu memang merupakan bawahannya.”Rudi dari dulu anak buah saya, ia bekas ajudannya Bupati waktu saya ketua DPRD,” kata Manan.

Manan pun meminta agar kegaduhan ini tidak dikaitkan dengan putrinya, Reny Hendrawati, yang merupakan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD).

“Oh nggak ada. Mana ada saya urusan dengan BKD. Nggak ada. Saya dengan Reny tidak pernah berkomunikasi, di rumah juga nggak pernah bicara-bicara. Nggak ada,”

Merasa terjebak

Manan mendesak Sanwani agar meluruskan kasus ini dan mengakui apa yang telah dilakukannya. Jika tidak, ia akan memperkarakan Sanwani lewat jalur politik atau Kepolisian. Manan merasa terjebak oleh ulah Sanwani.

“Oleh karena itu tanya kepada Pak Sanwani, jangan saya lalu dikorbankan sama mereka. Itu dia nggak tanggung jawab, itu dia bisa usulkan di-recall (dicopot dari jabatan anggota dewan) kalau macam-macam sama saya,” kata Manan.

“Tolong ini diluruskan, Sanwani jangan macem-macem, kalau Sanwani macem-macem, salah ngomong aja, saya akan laporkan ke partai dia atau ke kepolisian, kalau nama saya dibawa-bawa. Apalagi dihubungkan dengan Reny,” kata dia.

Sanwani sendiri membantah apa yang ditudingkan oleh Abdul Manan. Menurutnya, ia tidak pernah meminta tolong untuk menitipkan orang untuk menjadi TKK.

“Nggak, saya enggak minta tolong. Kalau saya mau ngapain ke Pak Abdul Manan, langsung saja ke Pak Wali,” kilah Sanwani.

Siapa Abdul Manan?

Di kancah politik lokal, siapa yang tak kenal Abdul Manan? Ia mungkin menjadi satu-satunya politisi gaek yang masih bertahan di panggung politik Bekasi, ketika rekan-rekan seangkatannya sudah mundur dari gelanggang.

Abdul Manan tercatat pernah menjadi Ketua DPRD Kabupaten Bekasi di era orde baru. Ia menjadi salah satu orang yang ikut membidani lahirnya Kota Bekasi saat terjadi pemekaran.

Rezim berganti rezim, Abdul Manan tetap saja eksis. Di era Wali Kota Bekasi Mochtar Mohammad, misalnya, ia didaulat menjadi Ketua Tim Penggerak Adipura Kota Bekasi. Hasilnya? Kota Bekasi yang tadinya menjadi kota terkotor berhasil meraih Adipura untuk pertama kalinya.

Saat ini, nama Manan tercatat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Kota Bekasi dan menduduki jabatan publik sebagai Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Bekasi, di usianya yang tak lagi muda.

Sudah bukan rahasia umum lagi jika Manan memiliki kedekatan khusus dengan Rahmat Effendi, wali kota Bekasi saat ini.

Manan adalah senior sekaligus mentor Rahmat Effendi. Kesuksesan Rahmat Effendi di kancah politik tidak bisa dilepaskan dari peran besar Manan.

Penolakan Rudi atas surat sakti Manan kabarnya membuat Rahmat Effendi meradang. Rudi langsung dipecat, tanpa alasan yang mendasar.

Sumber kami di internal Dinas Pendidikan menyebut, memo Manan kepada Rudi sempat membuat tegang institusi yang memiliki anggaran paling besar di Kota Bekasi itu.

Hingga laporan ini kami turunkan, Rahmat Effendi dan Rudi belum bisa dihubungi. (Ical)

Satu pemikiran pada “Surat Sakti Orang Dekat Wali Kota Bekasi”

Tinggalkan komentar