Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi membantah pemberhentian jabatan dua kepala dinas merupakan keputusan subyektif yang didasarkan pada seleranya.
“Ini bukan selera. Tidak ada selera,” kata Rahmat Effendi kepada Klik Bekasi, Jumat (22/7/2016). (Baca sebelumnya: Kepala Dinas Selera Wali Kota)
Menurut Rahmat, dasar pencopotan Kepala Dinas Sosial, Agus Dharma, dan Kepala Dinas Pendidikan, Rudi Sabarudin, adalah murni kinerja.
“Dibuat matriks saja indikator kegagalan dengan keberhasilannya. Bersama wakil wali kota (Ahmad Syakhu), kami merasakan betul output kinerja mereka,” jelasnya.
Rahmat meminta semua pihak memahami bahwa sanksi tersebut merupakan bentuk komitmen Pemerintah Kota Bekasi untuk mewujudkan reformasi birokrasi.
“Pasti ada yang terevaluasi,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, Rudi dan Agus, terhitung sejak Selasa (19/7/2016), bukan lagi menjadi bagian gerbong utama wali kota. Mereka kini pegawai biasa.
Apa sebab?
Rumor yang beredar di kalangan birokrat, wali kota memang kurang ‘sreg’ kepada Agus dan Rudi. Mereka bukan selera wali kota.
Agus, misalnya, dicap kurang loyal kepada wali kota. Ia masih belum bisa ‘move on’ dari wali kota yang lama, Mochtar Mohamad.
“Padahal, bagi Rahmat Effendi, loyalitas itu penting. Dia tidak butuh orang pintar, tapi butuh orang loyal,” kata sumber kami.
Sedangkan Rudi, sedari awal menjabat kepala dinas, didesas-desuskan tidak bisa dipercaya oleh wali kota karena ‘kurang patuh’.
“Dari awal Rudi tidak senang ditaruh di Dinas Pendidikan. Dia mengeluh, di sana terlalu banyak kepentingan,” kata sumber.
Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bekasi, Dinar Faisal Badar, menepis rumor itu. Namun, ia sungkan menjelaskan secara detail alasan pemberhentian itu.
“Pemberhentian mereka berdasarkan evaluasi dan rekomendasi dari Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) Kota Bekasi,” jelas Dinar secara normatif. (Tim)