Berita  

Siapakah Edo Aliando, Terduga Teroris yang Ditangkap di Rawalumbu?

Avatar photo

Tim Densus 88 telah menangkap seorang bernama Edo Aliando di sebuah rumah kontrakan di Jalan Topas Raya Nomor 17 RT 01 RW 39, Kelurahan Bojong Rawalumbu, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, pada Jumat (15/1/2016) sekira pukul 13.00.

Edo diduga ikut terlibat dalam aksi pengeboman dan penembakan di pusat perbelanjaan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada Kamis (14/1/2016). Densus menemukan 9 pucuk senjata api laras pendek lengkap dengan amunisinya di rumah kontrakan Edo.

Untuk menangkap Edo, Densus mesti mengintai sejak pagi. Usai penangkapan, lokasi menjadi ramai. Sejumlah polisi dari Polda Metro Jaya datang. Kapolres Bekasi Kota dan Kasat Reskrim pun ikut berjaga-jaga di sana.

Edo Aliando–begitu media massa menyebut namanya–sebenarnya berasal dari salinan kartu tanda penduduk yang dipegang oleh aparatur pemerintah setempat. Disebutkan di kartu itu, Edo lahir di Jakarta, 11 Agustus 1988.

Di kontrakan itu, ia tinggal bersama istrinya bernama Nuri Malika: lahir di Jakarta, 24 Januari 1996. Mereka, di kartu, menyebut sama-sama tinggal di Jalan Meranti III RT 005 RW 007, Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.

“Mereka memiliki seorang anak balita laki-laki yang berumur sekitar dua tahun,” kata Mafrudin, Sekretaris RT 01 sembari menunjukkan salinan KTP pasangan itu, Jumat.

Saat Densus menyergap rumah kontrakan Edo, Nuri dan putranya tidak ada di sana. Seorang warga sekitar, Rita (35), melihat Nuri pergi sehari sebelum penggrebekan bersama putranya. Setelah itu, Nuri tidak terlihat.

Edo dan Nuri menggunakan kartu identitas palsu agar bisa tinggal di rumah kontrakan milik Paijo itu sejak 16 November 2015.

Lurah Bekasi Jaya Muhammad AR mengatakan tidak ada seorang warga di Jalan Meranti III yang bernama Edo Aliando dan Nuri Malika. Sejumlah warga yang kami tanyai di sana juga tidak mengenal Edo.

Jadi, siapakah sebenarnya Edo Aliando?

Seorang sumber kami di kepolisian mengungkapkan, nama asli Edo Aliando adalah Hendro Fernando. Sejumlah warga yang kami perlihatkan wajah Hendro juga mengatakan sangat mirip dengan Edo.

Hendro pernah dipenjara lima bulan karena kasus pengrusakan kantor Kejaksaan Negeri Bekasi pada 18 Februari 2014 dan diperkirakan bebas pada pertengahan Agustus 2014.

Hendro dan terdakwa bernama Suryana dianggap memprovokasi sekitar 50 orang yang datang ke lokasi untuk membebaskan Adam Amrullah–seorang pemuka agama yang sedang didakwa mencermarkan nama baik Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) melalui video di Youtube.

Massa yang menggeruduk kejaksaan itu terdiri dari gabungan beberapa organisasi antara lain Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan Kongres Umat Islam Bekasi (KUIB). Dalam keterangan resminya, saat itu, juru bicara JAT Ahmad Fatih menyebut massa bukan hanya dari JAT.

“Peristiwa protes penahanan Ustadz Adam di Kejaksaan Bekasi merupakan gabungan dari beberapa ormas dan elemen ummat Islam khususnya di Bekasi,” kata Fatih seperti dikutip situs VOA Islam.

Salinan putusan pengadilan yang kami peroleh dari situs resmi Mahkamah Agung menyebutkan, Hendro lahir di Bekasi pada 24 Maret 1984. Ia tinggal di Perumahan Jatimulya, Jalan Flamboyan nomor 462 RT 11 RW 11 Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.

Sebuah gerai pulsa di Jalan Pondok Timur Raya, Kelurahan Jatimulya, yang disergap Densus pada hari penangkapan ‘Edo’, cukup dekat dengan alamat rumah Hendro. Gerai tersebut merupakan milik Edo.

“Dua orang karyawan sudah dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Edo Aliando adalah Hendro Fernando. Itu benar. Seorang teroris memang punya banyak nama,” kata sumber kami.

Foto Hendro Fernando
Foto Hendro Fernando. Sebelah kiri diupload di Facebook Hendro pada tahun 2011. Sebelah kanan diambil pada 2014 oleh situs Panji Mas.

Situs Islam, Panji Mas, mengulas informasi penting tentang siapa Hendro. Anaknya yang pertama, laki-laki, pada Kamis (1/5/2014) pukul 23.54, lahir saat ia masih di dalam tahanan. Istri Hendro bernama Nurul Kholishoh.

“Alhamdulillah, biaya persalinan istri mujahid Hendro Fernando telah dibantu oleh lembaga Infaq Dakwah Center (IDC), melalui program Solidaritas Keluarga Mujahidin,” sebut Panji Mas dalam artikel tentang persidangan Hendro yang juga memuat foto sang bayi.

Setiap kali dijenguk di tahanan, tulis Panji Mas, Hendro selalu menanyakan tentang perkembangan kabar ‘negeri Syam’ (disebut-sebut merujuk ke Suriah, Palestina, Lebanon dan Yordania) karena ia kesulitan mengakses informasi.

Hendro dan ISIS

Sumber kami mengungkapkan, usai bebas dari penjara, Hendro menghilang. Hendro diduga mempersiapkan diri untuk berangkat ke Suriah pada November 2014 dan bergabung dengan Islamic State atau ISIS dan kembali ke Indonesia pada Februari 2015.

JAT dan KUIB, juga sejumlah organisasi Islam lain, disebut-sebut merupakan organisasi yang terafiliasi dengan Islam State atau ISIS–meskipun KUIB belakangan membantah telah berbaiat kepada ISIS.

Sebuah situs travel, Jalan Jalan Liburan, meninggalkan jejak komentar Hendro dalam artikel berjudul ‘Cara Mendapatkan eVisa Turki untuk Paspor Indonesia’. Hendro, pada akun Gmail dengan foto pfofil anaknya, menulis komentar berisi pertanyaan pada 1 September 2014 pukul 7.52 malam.

“Bagaima kalau tidak punya kartu kredit adakah alternatif lain pliiiis sharee yaa atau kirim ke imeal ku hendrofernando77@gmail.com,” tulis Hendro.

Independen Strategy and Intelligence Study Group (disingkat juga ISIS), organisasi yang konsen membedah jaringan terorisme, pernah membahas Hendro Fernando secara khusus dalam akun Twitter resminya di @IISIStudyGroup pada 30 November 2015.

Organisasi yang diisi oleh para pensiunan anggota militer Amerika Serikat itu mencuit sebanyak lima kali. Cuitan pertama dibuka dengan kalimat, “Remember the name Hendro Fernando.”

Menurut ISIS Study Group, Hendro merupakan anggota FAKSI (Forum Aktivis Syariat Islam) yang menghubungkan MIT (Mujahidin Indonesia Timur) dengan Anshar Khilafah Philippines. FAKSI sendiri sudah secara terang-terangan berbaiat kepada ISIS.

Cuitan kedua menyebut Hendro merupakan menantu Hasyim Abdullah, yang merupakan asisten Abu Bakar Ba’asyir–pendiri JAT. Pimpinan MIT sendiri, Santoso, ialah mantan pimpinan JAT cabang Poso.

Ba’asyir divonis 15 tahun penjara pada 2011 karena dinyatakan terbukti menjadi perencana dan penyandang dana bagi pelatihan kelompok bersenjata di Pegunungan Jalin Jantho, Aceh, pada 2010.

Cuitan ketiga menyebut FAKSI telah bertemu dengan juru bicara resmi ISIS, Abu Muhammad al-Adnani, tahun 2014.

Cuitan keempat menyebut Hendro telah mengirim sejumlah dana kepada Anshar Khilafah Philippines melalui istri Sucipto Ibrahim Ali bernama Raida Alsree.

Sucipto merupakan pembuat bom dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang memiliki relasi langsung dengan ISIS. Militer Filipina mengabarkan Sucipto tewas dalam sebuah operasi serangan di sana pada November 2015.

Cuitan kelima menegaskan jika Hendro punya pengaruh di FAKSI karena kedekatannya dengan Hasyim Abdullah yang merupakan orang dekat Ba’syir.

Sebuah blog bernama Millah Ibrahim memberikan sedikit petunjuk menarik tentang awal mula Hendro mengenal dunia Islam secara mendalam. Pada November 2011, ia berkomentar di blog yang belakangan masuk daftar situs penyebar gerakan radikal dan mendukung ISIS itu.

“Assalamu’alaikum.. Untuk Bekasi di mana yah, Khi. Ana ingin belajar memperlancar baca Al-Quran dan memperdalam ilmu Islam. Ana tinggal di Bekasi Timur. Mohon bantuannya. Syukron,” tulis Hendro.

Situs Millah Ibrahim rupanya adalah blog yang dicetuskan oleh Aman Abdurrahman. Ia saat ini mendekam di penjara Nusakambangan. Aman dihukum pada 2010 karena terbukti membantu pelatihan militer dan terorisme di pegunungan Jalin Jantho–gerakan yang dibentuk Ba’asyir.

Ketika serangan datang di Jakarta terjadi, nama Aman muncul kembali. Ia disebut sebagai orang yang mencuci otak Afif alias Sunakim–pelaku yang berhasil difoto saat memegang pistol oleh jurnalis asing dari kantor berita Xinhua, Tiongkok. Afif ternyata “alumnus” Jalin Jantho.

“Aman adalah pentolan ISIS di Indonesia,” kata Pengamat terorisme dari Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya.

Apakah semua itu kebetulan?

(Tim Klik Bekasi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *