Site logo

SD I dan II Margajaya Belajar Tanpa Bangku, alias Lesehan

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi geram setelah mengetahui puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri belajar secara lesehan di lantai ruang kelas sejak 2013 hingga saat ini.

“Jelas saya sangat menyayangkan dan merasa kecewa bahwa anggaran Dinas Pendidikan sebesar Rp70 miliar pada 2015 untuk keperluan mebeler sekolah gagal terserap. Dampaknya, masih ada siswa yang belajar tanpa bangku dan meja ,” katanya di Bekasi, Senin (15/2/2016).

Menurut dia, situasi itu diketahui terjadi di SDN Margajaya I dan II yang lokasinya bersebelahan dengan kantor Wali Kota Bekasi Jalan Ahmad Yani Nomor 1, Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bekasi Selatan.

Di SDN Margajaya II tercatat ada 61 siswa yang belajar secara lesehan, mereka terdiri atas siswa kelas IV sebanyak 36 orang dan siswa kelas V sebanyak 25 orang.

Jumlah itu belum termasuk siswa yang kini belajar di SDN Margajaya I.

Rahmat mengaku baru mengetahui situasi itu saat dia tengah memenuhi undangan perayaan Maulid Nabi Muhammad di kantor Kelurahan Margajaya pada Sabtu (13/2/2016).

“Ada salah satu orang tua siswa datang menghampiri saya dan menceritakan kondisi belajar yang dialami anaknya. Selama ini saya tidak tahu situasi itu, saya baru tahu saat diinformasikan orang tua siswa,” katanya.

Rahmat menginstruksikan agar Dinas Pendidikan segera merespons persoalan tersebut dengan mencari jalan keluar agar para siswa bisa mendapatkan haknya untuk belajar dengan kondusif.

“Pengadaan meja dan kursi belajar ini kan tidak serepot proyek infrastruktur,” katanya.

Guru kelas V SDN Margajaya V Sumarni mengatakan ketiadaan meja kursi itu terjadi akibat imbas proyek penambahan empat ruang kelas baru sejak 2013 lalu.

“Pada 2013 kami dapat penambahan dua ruang kelas baru di lantai dua, dan 2014 dapat lagi dua ruang baru di lantai tiga. Sampai sekarang yang baru dipakai dua ruang kelas baru yakni kelas IV dan kelas V,” katanya.

“Sudah dua tahun ini siswa kelas V belajar dengan tidak duduk di kursi dan menggunakan meja. padahal proposal pengajuan sudah rutin kita kirim ke Disdik setiap tahun,” katanya.

Situasi itu turut berimbas pada tingkat kecerdasan anak akibat situasi belajar mengajar yang tidak kondusif.

“Banyak anak yang tertidur saat belajar karena mereka bersandar di tembok lalu mengantuk. Dampaknya, banyak siswa kelas V yang tidak bisa menyelesaikan rumus kali-kalian,” katanya. (Antara/Res)

Comments

  • No comments yet.
  • Add a comment