Pusing Tujuh Keliling Kapolres Baru Bekasi Kota

Kombes Pol Umar Surya Fana resmi menjabat Kapolres Bekasi Kota, menggantikan kapolres lama: Kombes Pol Herry Sumarji. Tugas menumpuk ada di depan mata.

Surya sebelumnya merupakan Kasubdit Ill Ditpidum Bareskrim Polri. Ada pun Herry kini menjabat Kapolres Bandara Soekarno-Hatta.

Herry, kata Surya, adalah seniornya di akademi kepolisian. Herry angkatan tahun 1990. Sedangkan dia, lima tahun di bawahnya, angkatan 1995.

“Dosa apa saya ditugaskan di sini? Begitu gumam saya usai salat malam,” cerita Surya kepada para wartawan saat serah terima jabatannnya di Kota Bekasi, Kamis (4/6/2016) lalu.

Di internal kepolisian, Kota Bekasi memang menjadi perhatian. Di kota ini, kata Surya, sangat komplit. Dari yang enak sampai yang bikin pusing tujuh keliling, ada di sini.

“Kota Bekasi adalah miniatur Indonesia. Ibarat kata, dari yang namanya sajadah sampai haram jadah pun ada. Tantangan sekaligus godaannya banyak,” kata Surya berkelakar.

Pencurian dan kekerasan

Ketika pengamanan Jakarta semakin ketat, maka para pelaku kejahatan bergeser ke pinggirannya. Kota Bekasi menjadi lahan subur kriminalitas.

Di mata para pengembang properti, misalnya, Kota Bekasi memiliki satu kekurangan di antara banyak kelebihannya. Kekurangannya adalah tingginya angka kejahatan.

“Bekasi orang masih ragu ingin beli di sana karena kurang aman. Banyak perampokan,” ungkap seorang broker, Abdi Mirza (41), kepada wartawan, dalam sebuah pameran properti di Jakarta, belum lama ini.

Catatan Klik Bekasi, kejahatan yang mendominasi di Kota Bekasi adalah pencurian dengan kekerasan. Para pelakunya selalu siap membawa senjata api dan bisa kapan saja menembak korbannya. Mereka terorganisir.

Di sebuah restoran cepat saji di Perumahan Harapan Indah Bekasi, seorang pemuda bernama Ismail Muzamil (27) tewas setelah ditembak kawanan pencuri motor, akhir tahun lalu. Kejadiannya siang.

Peristiwa penembakan serupa juga terjadi di beberapa tempat di Kota Bekasi. Rata-rata korbannya adalah orang yang berusaha menghalau pelaku, atau malah sekadar memergoki.

Khusus pencurian motor, selama ini, polisi masih berkutat kepada penangkapan para ‘pemetik’ alias pelaku tangan pertama. Polisi belum pernah membongkar jaringan penadahnya.

Selain pencurian motor, kejahatan lainnya adalah perampokan disertai penyekapan. Sebuah perusahaan di Mustika Jaya, sebagai contoh, disatroni gerombolan perampok, awal 2016. Mereka menyekap sejumlah orang, lalu menguras brangkas.

Hal yang sama menimpa beberapa minimarket di Kota Bekasi. Modusnya, mereka beraksi pada dinihari ketika minimarket sepi pembeli. Karyawan di sana kemudian ditodong pistol dan dipaksa menunjukkan brangkas.

Yang paling mengejutkan adalah perampokan dan penyekapan yang menimpa warga Kemang Pratama Bekasi. Belakangan, terungkap, pelaku utamanya adalah Feri Guntara, anggota Unit Reserse Kriminal Polsek Mampang Jakarta Selatan.

Kasus Kemang Pratama mengungkap fakta baru. Korban disekap lantaran diduga merupakan pengguna narkoba. Bukannya ditangkap, korban justru diperas.

Di Kota Bekasi, kebanyakan, kasus narkoba yang diungkap adalah kelas teri. Biasanya pelakunya hanya berperan sebagai kurir, atau cuma pemakai. Untuk kasus besar, jarang-jarang.

Hal itulah yang menghembuskan desas-desus mengenai pemerasan terhadap pelaku narkoba kelas teri di Polresta Bekasi Kota. Mereka, konon, sengaja ditangkap agar ditebus.

Pemerkosaan anak

Pemerkosaan anak menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat Kota Bekasi di tengah riuhnya kasus pencurian motor, perampokan dan penembakan.

Di Bekasi Utara, seorang remaja perempuan diperkosa oleh pendeta, yang merupakan guru rohaninya. Pelaku mengajak ke hotel dengan dalih akan mengajarkan ilmu agama. Di sanalah korban diperkosa.

Masih di Bekasi Utara, seorang bocah 9 tahun diperkosa guru ngajinya sendiri. Bahkan pemerkosaan itu berlangsung di musala, tempat korban belajar agama.

Di Bekasi Selatan, seorang kakek tega mencabuli tiga cucunya. Pelaku, yang tinggal seatap dengan para korban, beraksi ketika korban tidur.

Yang lebih menghebohkan, di Mustika Jaya, dua siswa SD berusia 7 tahun (kelas dua), memerkosa teman perempuan sekelasnya di kamar mandi sekolah.

Masih banyak contoh kasus pemerkosaan di Kota Bekasi. Dan itu baru terjadi setahun belakangan–sehingga membuat para orang tua yang memiliki anak kecil cemas.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Kota Bekasi Rury Arief Riyanto menyebut, kejahatan ini terjadi secara sporadis. Artinya, bukan dilakukan oleh jaringan tertentu.

“Para pelakunya kebanyakan orang terdekat korban. Masalah ini semakin kompleks karena berdampak pada psikologis anak,” kata Rury.

Untuk menekan tingginga angka pemerkosaan anak, kata Rury, perlu sinergi semua pihak. Dari mulai polisi, pemerintah daerah, keluarga dan lingkungan sekitar korban.

“Dalam banyak kasus, korban seringkali diam ketika mendapatkan kekerasan. Bahkan beberapa keluarga korban memilih tidak melapor ke kepolisian. Yang diam ini yang mengkhawatirkan,” kata Rury.

Jaringan teroris

Kota Bekasi disebut-sebut menjadi sarang jejaring teroris. Kasus Bom Sarinah memperlihatkan bahwa Bekasi merupakan tempat yang aman dan strategis bagi mereka, karena dekat Jakarta.

Setelah Bom Sarinah, operasi besar-besaran digelar di Kota Bekasi. Hasilnya, Densus 88 menangkap orang penting jaringan ISIS, Hendro Fernando, pada pertengahan Januari 2016.

Badrodin Haiti, Kapolri saat itu, menyebut kelompok dari Bekasi mendapatkan dana langsung dari Suriah untuk melakukan ‘operasi’.

Mereka rencananya melakukan amaliah (aksi) serta dukungan terhadap kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso–yang belakangan ditembak mati tim gabungan polisi dan TNI di Poso.

“Dia (Hendro) ini menerima transfer dana sebanyak Rp 1 miliar dari beberapa kali pengiriman. Dana dikirimkan oleh tokoh teror Indonesia yang sudah ada di Suriah, Bahrum Syah,” kata Badrodin.

Tugas utama Hendro, sebut Badrodin, adalah mengelola dana dari Suriah, kemudian membagi-baginya untuk gerakan teror. Terbukti, di kontrakan Hendro, polisi menemukan 9 pucuk pistol organik.

Komitmen Kapolri baru Tito Karnavian untuk memberantas jaringan teroris sudah sepatutnya direspon bawahannya, tidak terkecuali di Kota Bekasi.

Begitulah, setumpuk tugas buat kapolres baru. (Res)

Tinggalkan komentar