Pemerintah Kota Bekasi membatalkan rencana penggusuran sejumlah kios pedagang di Jalan Unisma, tepatnya di sebelah utara kampus Universitas Islam 45 Bekasi, atau di sebelah selatan Kalimalang.
Pembongkaran kios non permanen rencanannya dilaksanakan pada hari ini, Rabu, 23 Maret 2016. Namun, setelah meninjau lokasi, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menimbang ulang rencana tersebut.
“Kami sepakat membatalkan pembokaran, asal pedagang memenuhi syarat yang kami ajukan. Ada empat poin,” kata Rahmat Effendi saat berdialog dengan pedagang, Rabu.
Pertama, pedagang yang tergabung dalam Koperasi Mulya Sejahtera Kota Bekasi itu harus mendata secara pasti jumlah anggotanya. Kedua, keuangan koperasi harus bisa dipertanggung jawabkan.
Ketiga, koperasi harus menata kios-kiosnya secara rapi agar tidak terkesan kumuh atau semrawut. Keempat, kios pedagang tidak boleh dibangun permanen atau semi permanen untuk tempat tinggal.
“Selama kelompok dagang bisa memenuhi syarat itu, tidak masalah. Intinya, jangan sampai pedagang merusak ruang terbuka hijau,” kata Rahmat.
Mengenai sikap Camat Bekasi Timur Nadih Arifin yang dinilai arogan kepada pedagang, Rahmat tidak membenarkan. Menurut dia, pejabat harus membuka ruang dialog dan mengendepankan sikap persuasif.
“Saya ingin semua persoalan diselesaikan dengan duduk bersama. Harus ada win win solution. Tidak ada yang dirugikan. Pedagang terayomi, aturan pemerintah tidak dilanggar,” kata Rahmat.
Ketua Koperasi Mulya Sejahtera Kusman Effendi menyanggupi syarat wali kota. Selama ini, kata Kusman, pedagang memang selalu mempertimbangkan kondisi lingkungan.
“Semua syarat yang diajukan wali kota sebenarnya sudah kami penuhi. Kalau ada dialog seperti ini, kami tentu lebih senang,” kata Kusman, yang juga berdagang di sana.
Diberitakan sebelumnya, berbagai kalangan mulai dari pedagang, anggota DPRD, mahasiswa, akademisi, seniman, komunitas, mengingatkan agar Pemkot Bekasi tidak arogan dalam menertibkan Jalan Unisma.
(Baca: Soal PKL Unisma, Pemkot Bekasi Diingatkan Jangan Arogan)
Penggagas Komunitas Sastra Kalimalang, Ane Matahari menceritakan, jauh sebelum Pemkot Bekasi berencana menata Kalimalang, komunitas sudah lebih dulu melakukan aksi nyata untuk menjaga lingkungan sekitar.
“Kami menyebutnya ‘warga Kalimalang’, bagi teman-teman yang berada di sini. Dari mulai mahasiswa, pedagang, seniman, sampai anak jalanan. Kami sudah berbuat,” kata Anne.
Salah satu program yang sering dihelat ‘warga Kalimalang’ adalah pertunjukkan seni di panggung terapung dan aksi bersih sungai. Di Kalimalang, mereka juga rutin menggelar diskusi.
“Beberapa tahun lalu, semua calon wali kota Bekasi datang kemari untuk berdiskusi. Mereka berjanji akan mengutamakan kebersamaan dalam menjaga Kalimalang,” kata Ane. (Lam/Res)