Badan Intelejen Negara (BIN) saat dipimpin Abdullah Makhmud Hendropriyono selalu dikaitkan dengan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib.
Majalah Tempo dalam edisi khusus “Fakta Baru Pembunuhan Munir” mewawancarai Hendropriyono secara khusus. Ia mengatakan, membunuh dengan cara meracun, seperti yang dialami Munir, bukan gaya intelejen.
“Kalau benar intelejen, sangat memalukan membunuh dengan cara seperti itu. Itu cara paling bodoh. Tubuh yang diracun pasti dibelah sehingga ketahuan arseniknya,” katanya dalam wawancara itu.
Seharusnya seperti apa?
“Seperti pada zaman operasi penembakan misterius era Pak Benny Moerdani. Intel-intel masuk penjara, mencari orang yang sudah membunuh dua-tiga kali.”
“Mereka dikeluarkan, lalu diminta mendaftar teman-temannya. Dia sendiri yang kemudian membunuh teman-temannya. Ada yang dipinjami pistol, tapi lebih banyak pakai senjata tajam seperti golok.”
“Setelah membunuh, mereka melapor ke kepala intel. Lalu dicek. Jika benar semua mati, baru intel membunuh preman ini. Mayatnya ditenggelamkan ke laut. Investigator sehebat apa pun tak akan bisa membongkar operasi ini.”
Seperti diketahui, Munir tewas di pesawat Garuda Singapura-Amsterdam di langit Eropa, 7 September 2004. Hendropriyono kini orang di lingkaran Presiden Jokowi.(Res)