Daniel Vicli Pardamean Tambunan (18), warga Taman Tridaya Indah I Blok D3 Nomor 14, Kelurahan Tridaya Indah, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi bernasib tragis. Ia tewas usai mengikuti latihan Resimen Mahasiswa (Menwa) di kampusnya: Universitas Katolik Atmajaya Jakarta Selatan.
Daniel menghebuskan nafas terakhirnya pada Senin 26 Oktober pukul 03.30 WIB, diduga karena kecapean. Jasadnya sudah dimakamkan tidak jauh dari rumahnya. “Kami tentu sangat kehilangan,” kata Uli Simbolon (52), ibu Daniel, Selasa (28/10/2015).
Paman Daniel, Mawardi Sinaga (49) bercerita, keponakannya itu mengikuti pelatihan Menwa di kampus sejak Kamis 22 Oktober sampai Minggu 25 Oktober. Sabtu 24 Oktober malam, pihak keluarga mendapat kabar lewat telefon Daniel mendadak sakit.
“Waktu dapat kabar itu keluarga lalu menyarankan agar Daniel dibawa ke rumah sakit terdekat,” kata Mawardi, menceritakan keponakannya yang merupakan mahasiswa Fakultas Hukum.
Dia melanjutkan, saat itu senior Daniel berencana membawa korban ke Rumah Sakit Siloam yang berdekatan dengan kampus.Tapi karena rumah sakit swasta itu meminta uang deposit yang cukup besar yakni Rp20 juta, akhirnya mereka mengurungkan niatnya.
Daniel sempat dibawa ke RS Siloam yang berdekatan dengan kampusnya. Tetapi, ia ditolak karena harus membayar Rp20 juta.
“Waktu mau dibawa ke sana, RS minta duit Rp20 juta, jadi batal dibawa, dan akhirnya dibawa ke RS lain yang lebih murah harganya sebesar Rp11 juta,” jelasnya.
Tapi sayang, setibanya di sana, Daniel tak sadarkan diri, hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia oleh dokter pada Senin 26 Oktober pukul 03.30 WIB. “Dapat kabar itu kami semua kaget dan merasa kehilangan sosoknya,” katanya.
Keluarga, katanya, sudah menanyakan penyakit yang diderita korban hingga dia bisa meninggal dunia. Dokter kemudian mendiagnosa, Daniel meninggal dunia karena dehidrasi.
Akibat dehidrasi itu, ginjal dia tidak berfungsi dengan baik sehingga Daniel tak sadarkan diri. “Kalau sampai dehidrasi begitu, berarti ada SOP (Standar Operasional Prosedur) yang tidak dijalankan dengan baik,” ujar Mawardi.
Meski demikian, pihak keluarga enggan berspekulasi apakah ada unsur kekerasan yang dialami oleh Daniel. Sebab, setelah dilakukan pemeriksaan tubuh melalui MRI, tidak ditemukan luka lebam di fisik korban.
“Setelah diperiksa secara menyeluruh, fisik dan organnya baik. Tidak unsur kekerasan fisik di tubuh Daniel,” katanya.
Walau begitu, pihak keluarga berharap agar pihak kampus terbuka terkait kematian Daniel. Pihak keluarga, kata Mawardi, sudah menyerahkan kasus ini sepenuhnya ke pihak kampus, sehingga dia tidak akan menuntut masalah ini ke polisi.
“Mati dan hidup seseorang sudah kami serahkan ke Tuhan,” katanya.
Ditelusuri pihak kampus
Universitas masih belum mengetahui penyebab pastu kematian Daniel. “Kemungkinan sih sakit. Cuma sakitnya apa, kami belum tahu,” ujar Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Unika Atmajaya Makdin Sinaga.
Makdim menjelaskan, kegiatan Menwa tersebut disebut juga Pra-Pendidikan Dasar Unit Kegiatan Mahasiswa Bela Negara. Kegiatan itu dilatih dan dibina tentara dari komandan rayon militer setempat.
Menurut Makdin, pihaknya menolak melaporkan hal ini ke polisi dan membuat tim pencari fakta sendiri.
“Kami belum sampai ke ranah situ, karena ini urusannya dengan kegiatan ekstrakurikuler kampus,” tutur Makdin. Menurut dia, hal tersebut masih di bawah lingkup akademik.
Tim pencari fakta, kata Makdin, mulai bergerak. “Tim ini terdiri atas dosen berbagai fakultas di lingkungan Atmajaya,” ucapnya.
Ia akan mengawasi langsung tim ini. Makdin pun menegaskan, jika memang terbukti terjadi kesalahan dan pelanggaran tata tertib, akan ada sanksi sesuai dengan temuan tim. (Res)