Seorang Kepal Desa di Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur ini bisa ini bisa menjadi contoh penggerak kewirausahaan. Kepala Desa itu bernama Khoirul Anam, yang sukses menggerakkan ekonomi desanya dengan kewirausahaan.
Melalui program Satu Entrepreneur Satu Tandan Pisang, ia berhasil mengangkat taraf hidup warganya. Program tersebut ia mulai sejak tahun 2010 silam dengan membuat keripik pisang melalui tangan-tangan ulet warganya.
“Dasar pemikiran kami sederhana, ada buah pisang yang melimpah. Kenapa tidak kita manfaatkan jadi makanan olahan,” kata Khoirul.
Khoirul mengirim beberapa warganya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan. Hasilnya, setahun kemudian warganya mulai memproduksi keripik pisang. Namun ia membatasi jumlah produksi dengan ketentuan satu warga satu tandan pisang.
“Satu warga satu tandan pisang kami maksudkan agar warga bisa merasakan perkembangannya. Ini tantangan. Keuntungan yang didapat jangan sekali-kali diambil dahulu. Harus diputar untuk kulakan pisang lagi. Lama kelamaan kan semakin besar keuntungannya,” kata Khoirul.
Selama 3 tahun berselang, program ini mulai membuahkan hasil yang signifikan. Hasilnya pun sudah bisa dirasakan warga desa Gogodeso.
Misalnya Enik Sriani, warga Gogodeso RtT 01/06, kini mampu memproduksi 30 kg keripik pisang per hari.
Awalnya Enik hanyalah ibu rumah tangga biasa tanpa penghasilan mandiri. Suaminya yang bekerja sebagai juru parkir, hanya berpenghasilan sekitar Rp 1 juta per bulan. Sangat pas-pasan untuk menghidupi dua orang anak.
“Alhamdulillah, ekonomi kami mulai membaik. Awalnya saya ragu untuk ikut program ini. Namun kebutuhan dapur tidak bisa diabaikan,” kata wanita berusia 41 tahun ini.
Pertengahan 2010, Enik mencoba memproduksi keripik pisang setelah mengikuti pelatihan. Dengan modal satu tandan pisang, kini ia sudah bisa membangun rumah dan membeli mobil sederhana.
“Keuntungannya lumayan mas, sekitar 30%. Per bulan keuntungan kami paling tidak Rp 5 juta mas. Cukup besar untuk bisnis rumah tangga,” jelasnya.
Ernik pun kini mempunyai 5 orang karyawan Pemasaran keripik pisang ini kini mulai merambah Malang, Surabaya, Jogja dan Bali. Saking banyaknya pesanan, Ernik kini harus mendatangkan pisang dari Tulungagung dan Lumajang akibat persediaan pisang di Blitar sudah tidak mencukupi.
“Ke depan kami yakin program ini akan semakin besar. Wirausaha dengan memanfaatkan hasil bumi di sekitar rumah sangat prospektif,” kata Khoirul bangga.
sumber: detik.com