Ekonomi Sulit, Genjer di Pasar Tradisional Bekasi Laku Keras

Permintaan tanaman genjer di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Bekasi meningkat sejak perekonomian negara sedang sulit akibat nilai tukar rupiah melemah terhadap mata uang asing dalam beberapa bulan ini.

Fenomena ‘laris-manisnya’ genjer itu diketahui dari petani di Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi. Terhitung sejak dua bulan lalu, mereka mengaku kebanjiran order dari para tengkulak.

“Saya tidak tahu kenapa genjer jadi laku keras. Mungkin karena harganya murah. Pembeli sih hanya bilang di pasar tradisional sedang banyak permintaan,” kata Rustam (61), salah satu petani genjer di Kampung Kapuk, Desa Sukamulya, Sukatani, Senin(12/11/2015).

Menurut Rustam, satu ikat genjer dibeli tengkulak dengan harga Rp 500. Dalam sekali panen, yaitu seminggu sekali, mereka bisa menghasilkan 80 sampai 100 ikat. Di pasaran, ia memperkirakan harga genjer tidak sampai Rp 2.000.

“Meskipun harganya murah, lumayan lah buat tambah-tambah penghasilan. Genjer kan tumbuhnya cepat. Saya biasanya tanam genjer sebelum masa tanam padi tiba,” kata Rustam.

Menurut Rustam, sayuran genjer bisa diolah menjadi sejumlah makanan lezat seperti untuk campuran gado-gado atau karedok. “Genjer juga enak buat lalapan atau sayuran” katanya.

Rustam menceritakan, karena permintaan yang tinggi tersebut, warga sekitar pun berlomba-lomba berburu genjer di sungai-sungai dan sawah untuk dijual ke pengepul.

Observasi klikbekasi.co di Pasar Induk Cibitung, genjer memang laku keras. Para pembeli mengaku membeli genjer karena harganya lebih murah dari sayuran lain seperti kangkung dan sawi.

“Harganya masing-masing, tergantung ikatannya. Kalau kecil ya seribu limaratus. Setiap hari pasti habis,” kata Tuti, salah satu pedagang sayur.

Seperti diketahui, Genjer (bahasa latinnya Limnocharis flava) adalah sejenis tumbuhan rawa yang banyak dijumpai di sawah atau perairan dangkal. Biasanya ditemukan bersama-sama dengan eceng gondok. (Res)

Tinggalkan komentar