Sikap Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi dalam membongkar pasang jabatan kepala dinas dianggap janggal oleh bawahannya sendiri.
Kepala Dinas Sosial, Agus Dharma, dan Kepala Dinas Pendidikan Rudi Sabarudin, masih ‘gagal paham’ mengapa mereka dicopot dari jabatannya belum lama ini.
“Pencopotan yang tidak beretika,” kata Agus, Selasa (26/7/2016).
Idealnya, jelas Agus, ada peringatan dari pucuk pimpinan, melalui Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat).
“Dengan peringatan, maka ada ruang evaluasi. Ini tidak. Main copot saja,” kata Agus.
Dalam surat keputusan pemberhentian Agus dan Rudi, ada dua poin yang menjadi alasan mereka harus dicopot. Pertama, mereka melanggar kontrak kerja. Kedua, mereka tidak cakap.
“Itu bias sekali,” ungkap Agus.
Karena merasa keputusan wali kota masih janggal, Agus dan Rudi pun bersama-sama meminta berita acara kepada Badan Kepegawaian Daerah.
“Sampai sekarang saya belum mengerti apa pokok pelanggarannya. Dalam surat pemberhentian, hanya ada ketidakcakapan kerja,” timpal Rudi.
Mengenai penyerapan anggaran yang rendah, seperti disebut-sebut wali kota, Rudi pun meluruskan. “Masih banyak dinas yang penyerapan anggarannya rendah,” katanya.
Menurut Rudi, pencopotan itu merupakan preseden buruk dalam lingkungan birokrasi karena tidak memperhatikan aturan kepegawaian.
Aturan yang dimaksud Rudi ialah Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 dan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Sanksi Pegawai.
“Katanya menerapkan penegakan hukum dan perlindungan hukum, tapi hukum yang bagaimana,” kata Rudi.
Diberitakan sebelumnya, Rudi dan Agus, terhitung sejak Selasa (19/7/2016), bukan lagi menjadi bagian gerbong utama wali kota. Mereka kini pegawai biasa.
Apa sebab?
Rumor yang beredar di kalangan birokrat, wali kota memang kurang ‘sreg’ kepada Agus dan Rudi. Mereka bukan selera wali kota.
Agus, misalnya, dicap kurang loyal kepada wali kota. Ia masih belum bisa ‘move on’ dari wali kota yang lama, Mochtar Mohamad.
“Padahal, bagi Rahmat Effendi, loyalitas itu penting. Dia tidak butuh orang pintar, tapi butuh orang loyal,” kata sumber kami.
Sedangkan Rudi, sedari awal menjabat kepala dinas, didesas-desuskan tidak bisa dipercaya oleh wali kota karena ‘kurang patuh’.
“Dari awal Rudi tidak senang ditaruh di Dinas Pendidikan. Dia mengeluh, di sana terlalu banyak kepentingan,” kata sumber. (Baca: Kepala Dinas Selera Wali Kota)
Meski demikian, Rahmat Effendi segera menepis rumor tersebut. Pencopotan Agus dan Rudi bukan merupakan keputusan subyektif yang didasarkan pada seleranya.
“Ini bukan selera. Tidak ada selera. Dibuat matriks saja indikator kegagalan dengan keberhasilannya,” kata Rahmat.