Balik Badan Hanura Kota Bekasi

Syaherallayali terpilih sebagai Ketua DPC Hanura Kota Bekasi periode 2016-2021–menggantikan Winoto–dalam Musyawarah Cabang (Muscab) yang dihelat di Hotel Horison Bandung, Senin (22/08/2016). Diprediksi balik badan dari koalisi penguasa.

Menjadi nahkoda partai, Ral–panggilan akrabnya–banyak sedikit akan mengubah arah kebijakan.

Hanura di bawah Ral mungkin mengkalkulasi ulang posisi politiknya terhadap Rahmat Effendi dan Ahmad Syaikhu–yang pada 2012 memenangkan Pilkada atas dukungan Golkar, PKS, PKB dan Hanura.

Ada kecenderungan kuat Hanura berpaling dari Rahmat Effendi dan Syaikhu. Di internal Hanura, kabar ini bukan rahasia umum: Golkar dan PKS terlalu tamak soal kekuasaan.

Hanura merasa tidak mendapatkan porsi yang proporsional. Namun, di sisi lain, Winoto terkesan membiarkan.

Terpilihnya Ral adalah juga perlawanan internal Hanura terhadap Winoto. Rahmat Effendi nampaknya menyadari kegalauan Hanura–yang kelak menjadi ancaman jika berganti pucuk pimpinan.

Dalam Musda kemarin, Ketua Golkar Bekasi itu kabarnya berada di belakang Winoto. Jaringannya di lintas partai dikerahkan untuk menjegal Ral. Sayang, Winoto gagal dipertahankan.

Kini, ancaman benar-benar ada di depan mata Rahmat Effendi. Jauh sebelum Musda, Ral–yang juga anggota DPRD Kota Bekasi–memang menunjukkan sikap ‘membangkang’ .

Ral acapkali melemparkan kritik tajam kepada Rahmat Effendi.

Tahun 2015 silam, misalnya, ia menjadi salah satu inisitor penggunaan hak interpelasi (hak menanyakan kebijakan) atas proses penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online.

“Komitmen sampai akhir jabatan. Namun konsistensi berpihak kepada rakyat lebih penting. Hanura ingin membangun koalisi yang konstruktif. Selama kebijakan itu prorakyat kami dukung, bila tidak ya kami siap bersebrangan.”

Ral dalam pusaran

Selama dipimpin Winoto, Hanura cenderung adem ayem dan lebih memilih posisi menunggu-melihat. Kepemimpinan Ral diyakini membuat langkah politik Hanura akan lebih dinamis.

Ini tentu tidak terlepas dari gaya politik Ral yang cenderung blak-blakan dan tidak mudah berkompromi–juga tak sungkan melakukan manuver politik.

Jika itu yang terjadi, maka keberadaan Ral tidak hanya mempengaruhi Hanura saja, namun juga berpengaruh dalam konstelasi politik lokal.

Lihat saja bagaimana Ral menjalin hubungan dekat dengan mantan Wali Kota Bekasi Mochtar Mohamad–yang merupakan lawan politik Rahmat Effendi.

Suka tidak suka, Rahmat Effendi dan Ahmad Syaikhu perlu menghitung posisi Hanura sebagai mitra koalisi. Di parlemen, kursi koalisi jelas kalah banyak dengan oposisi.

Dari total 50 kursi, koalisi hanya disokong 20 kursi: Golkar 8 kursi, PKS 7 kursi, Hanura 4 kursi dan PKB 1 kursi.

Melihat kursi Hanura yang lumayan di parlemen, koalisi akan ‘rugi bandar’ jika melepaskannya. Ke depan, seandainya Golkar dan PKS memilih jalan bercerai, maka Hanura merupakan kawan strategis untuk memenuhi syarat pencalonan kepala daerah.

“Tergantung dari pada aspirasi kader apakah masih ingin berkoalisi atau tidak. Dan tentunya kami juga melihat dinamika politik yang berkembang nanti,” kata Ral. (Ical)

Tinggalkan komentar