Operator tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) Bantar Gebang, Kota Bekasi, dinilai wanprestasi oleh Pemrov DKI Jakarta selaku pemilik.
Kinerja buruk tidak hanya ditunjukkan PT Godang Tua Jaya sebagai operator utama, tetapi juga PT Navigat Organic Energy Indonesia (PT NOEI), yang merupakan perusahaan joint operation untuk mengolah sampah menjadi listrik.
Seperti apa sebenarnya rekam jejak PT NOEI?
Sebelum masuk ke Bantar Gebang pada tahun 2008, PT NOEI jauh lebih dulu mengelola tempat pembuangan akhir (TPA) Suwung, di Kota Denpasar, Bali. TPA Suwung menampung sampah dari wilayah Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita). PT NOEI masuk Bali pada tahun 2004 dengan masa kontrak 20 tahun.
Tugas utama PT NOEI di TPA Suwung adalah mengolah sampah menjadi energi listrik dan kompos dengan volume sampah sekitar 500 ton per hari. PT NOEI berjanji bisa menghasilkan listrik 10 Megawatt per hari pada tahun 2008 atau empat tahun setelah kontrak awal.
Belakangan, Gubernur Bali Made Mangku Pastika justru meminta pimpinan daerah di wilayah Sarbagita segera memutus kontrak PT NOEI. Desakan tersebut disampaikan karena PT NOEI sampai sekarang hanya menghasilkan listrik kurang dari 1 megawatt per hari.
“PT NOEI sudah tidak dapat memenuhi isi perjanjian untuk mengolah sampah maupun menghasilkan energi listrik, mereka juga tidak mampu menambah modal untuk pengelolaannya. Perjanjian itu jadinya lebih banyak merugikan kita,” kata Pastika beberapa waktu lalu.
Selain masalah listrik, karena buruknya kinerja PT NOEI, kawasan sekitar TPA Suwung mulai tercemar dan merusak kawasan mangrove di sekitarnya. Pastika bahkan terang-terangan mengungkapkan banyak investor lain seperti dari Jepang menawarkan teknologi lebih baik.
“Sudah berkali-kali saya sampaikan, putuskan saja kontrak dengan investor. Surat sudah saya kirimkan ke bupati dan wali kota supaya segera putus. Karena ini lintas wilayah,” kata Pastika.
(Baca: Bos PT Godang Tua Jaya Dipenjara, Siapa Bakal Susul?)
Di Bantar Gebang, PT NOEI juga menjanjikan bisa menghasilkan 26 megawatt listrik, namun kenyataannya sampai sekarang baru sekitar 2 megawatt. “Tidak memenuhi target. Lebih baik kami putus,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful belum kama ini.
Khusus di Bantar Gebang, Direktur Utama PT NOEI Agus Nugroho Santoso menjelaskan, mereka tidak bisa menghasilkan listrik secara maksimal lantaran volume sampah DKI Jakarta terlalu tinggi. Perjanjian awal, sampah yang masuk ke Bantar Gebang hanya sekitar 2000-3000 ton per hari.
“Tapi kenyataannya sampai 6000 ton per hari. Ini yang membuat kami tidak maksimal dalam mengolah sampah menjadi listrik,” kata Agus.
Sekadar diketahui, PT NOEI merupakan bagian dari Argo Manunggal Group, korporasi bisnis yang dikendalikan konglomerat The Ning King: orang terkaya ke-46 versi majalah Forbes. PT Godang Tua Jaya mengakui terbantu secara pendanaan oleh PT NOEI.
“Untuk pembangkit listrik, kami joint dengan PT Navigat Organic Energy Indonesia yang sudah punya pengalaman. Mereka anak perusahaan dari Argo Manunggal Group,” kata Douglas J Manurung, Direktur PT Godang Tua Jaya.
(Tim)