Sentimen negatif publik begitu terasa di tengah klaim kemenangan kandidat petahana , Tri Adhianto dalam Pilkada Kota Bekasi. Setidaknya hal ini bisa dilihat dari angka-angka perolehan suara politisi PDIP, tersebut seperti yang diklaim oleh ia dan timnya.
Seperti diketahui, beberapa jam setelah Pilkada Kota Bekasi rampung digelar pada 27 November 2024, Tri Adhianto bersama Wakilnya, Harris Bobihoe menyatakan klaim memenangi Pilkada Kota Bekasi. Klaim tersebut didasarkan pada hasil perhitungan internal tim pemenangan Tri-Bobihoe.
Dengan penuh percaya diri, Tri-Bobihoe dan pendukungnya kemudian menyebarluaskan informasi tersebut dengan masif. Mereka tak ragu memampang berapa raihan suara yang mereka dan pesaingnya dapat berikut persentasenya.
Puncaknya, 2 Desember 2024 Tri-Bobihoe mendeklarasikan klaim kemenangan mereka. Kali ini mereka menggunakan hasil rekapitulasi suara yang digelar Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) di 12 kecamatan yang ada di Kota Bekasi sebagai dasar mengklaim kemenangan.
Padahal KPU Kota Bekasi sendiri baru akan menggelar pleno rekapitulasi suara hari ini, 3 Desember hingga 5 Desember 2024 mendatang. Yang mana di pleno inilah perolehan suara masing-masing kontestan Pilkada disahkan.
Tapi sudahlah, mungkin Tri-Bobihoe sedang diliputi kegembiraan yang amat besar, sampai tak sabar menunggu hasil keputusan resmi KPU Kota Bekasi.
Tapi bukan klaim kemenangan yang jadi masalah. Melainkan angka-angka yang menyertai klaim kemenangan tersebut yang menarik untuk dibahas.
Misalnya soal perolehan suara Tri-Bobihoe yang hanya tembus 459.430 sedangkan pesaing terdekatnya Heri Koswara-Sholihin 452.351. Artinya perolehan tersebut sangatlah tipis atau hanya selisih 7.079 suara saja.
Dengan jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) se-Kota Bekasi sebanyak 3.637 sedang total selisih suara hanya 7.079, itu artinya Tri hanya lebih banyak 1 atau 2 suara saja dari Heri-Sholihin di setiap TPS.
Belum lagi jika suara Heri-Sholihin sebanyak 452.351 ditambah perolehan suara Uu Saeful Mikdar-Nurul Sumarheni sebanyak 64.509 maka ada 516.860 pemilih Kota Bekasi yang tidak menginginkan Tri Adhianto yang merupakan petahana kembali memimpin Kota Bekasi. Yang mana jumlahnya jauh lebih besar ketimbang pemilih Tri Adhianto Yang hanya 459.430 orang.
Dan perlu diingat raihan Tri-Bobihoe yang sedikit lebih unggul dari Heri-Sholihin itu sudah dibantu dengan raihan partai koalisi baik pendukung maupun pengusung yang jumlahnya mencapai 10 partai. Serta bonus popularitas yang tinggi mengingat statusnya sebagai petahana.
Belum lagi dari sisi sebaran suara berbasis kecamatan. Dari 12 kecamatan di Kota Bekasi, Tri-Bobihoe hanya unggul di 6 kecamatan sama jumlahnya dengan raihan Heri-Sholihin yang juga unggul di 6 kecamatan. Menariknya, Tri kalah di Kecamatan kunci yakni Bekasi Selatan yang merupakan pusat atau ibu kota Kota Bekasi sekalipun angkanya sangat tipis tidak lebih dari 500 suara.
Kembali soal angka-angka tersebut, Tri sendiri yang berstatus petahana atau pernah menjadi kepala daerah mestinya introspeksi. Raihan yang ada tidak lantas membuat dia jumawa dan membusung dada. Sebab angka menunjukan bahwa mayoritas masyarakat ingin ada figur baru menjadi pemimpin Kota Bekasi.
Buktinya suara Tri-Bobihoe kalah dengan gabungan suara Heri-Sholihin dan Uu-Nurul. Atau suara orang’-orang yang tidak ingin lagi Tri yang pernah menjabat kepala daerah kembali menahkodai Kota Bekasi.
Artinya jika pada akhirnya klaim Tri-Bobihoe menang menjadi kenyataan, tentunya kepempinan Tri-Bobihoe bisa disebut kurang legitimasi dan dukungan mayoritas masyarakat Kota Bekasi.
Tapi ngomong-ngomong soal klaim kemenangan, akankah klaim Tri-Bobihoe menjadi nyata. Atau hanya sebatas klaim semata. Sebab masih ada kemungkinan klaim itu batal alias tidak terbukti.
Tulisan ini merupakan Opini yang ditulis oleh Ivan Faizal Affandi, salah satu pengasuh situs www.klikbekasi.co
*Foto: Jumpa pers Tri Adhianto-Harris Bobihoe/Internet