Menjadi pelajar pesantren bukan halangan untuk menjadi siswa berprestasi. Hal ini yang telah di buktikan oleh Salma Ghifary, dapat menyabet mendali emas dalam ajang lingkungan internasional 2014 di Azerbaijan. Prestasi ini telah mematahkan pandangan kebanyakan orang, bahwa anak pesantren itu hanya mampu berprestasi di bidang keagamaan. Sedangkan untuk bidang yang lain, itu belum bisa membuktikan prestasi yang membanggakan.
Salma adalah seorang pelajar di SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah kota Sukabumi Jawa Barat. Dalam ajang ini, Salma mengambil tema penelitian tentang pemanfaatan natrium bikarbonat dan asam asetat sebagai alat pemadam kebarakan yang sederhana. Dengan tema ini, dia mendapat emas dan mengantarkannya untuk menorehkan tinta emas bagi bangsa Indonesia dan Sukabumi khususnya.
Sebelum mengkitu ajang International Enviromental Project Olympiad dia harus megikuti tahapan seleksi untuk dapat mewakili Indonesia. Tahapan itu adalah kejuaraan nasional Indonesia Science Project Olympaid (ISPO).
Menurut Ahmad selaku kepala sekolah SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah, bahwa Salma sebelum berangkat ke Azerbaijan banyak mendapat bimbingan dari para guru. Bimbingan ini untuk menambah materi dan untuk menguatkan penelitinya agar semakin baik. Karena perlu banyak bantuan untuk dapat memudahkan dalam penyempurnaan.
Kemenangan penelitian salman ini, terletak pada keramahan lingkungan dan sangat sederhana. Sehingga kedepan apabila ada penelitian yang lebih lanjut, maka akan dapat digunakan untuk masyarakat banyak. Maka dewan juri memilih hasil penelitian Salma untuk menjadi juara dengan mengalahkan wakil-wakil dari beberapa negara.
Sedangkan menurut Salma penelitiannya ini telah dia lakukan sudah sejak awal tahun 2013. Berakibat dia sudah banyak hal yang telah di dalami tentang penelitiann ini. Di sisi lain terdapat raut kebanggaan dalam diri Salman dapat mengarumkan nama Indonesia di pentas dunia.
Sumber: gatra.com