Setelah dirasa menjadi sopir taksi tidak cukup untuk menghidupi istri dan keempat anak, dicarinya nafkah tambahan dari berjualan bandrek di gerobak, malam hari. Dengan modal pinjaman Rp 1 juta, berbekal tekad ingin bangkit dari kemiskinan dibarengi kerja keras, usahanya itu pun menuai hasil. Sekarang pria yang pendidikannya hanya sampai kelas 1 SMP ini punya 5 toko bandrek dengan omzet Rp 20 juta per hari.
“Sini, mari masuk,” sapa pria paruh baya ini jika ada orang yang berhenti dan melihat ke dalam tempat usahanya, di kawasan Jalan Prof HM Yamin, Medan, Sumatra Utara.
Dialah pemilik usaha berlabel Bandrek Sahib, Abdul Wahab Sahib. “Ramah adalah modal penting dalam bisnis,” katanya.
Meski bisnis kulinernya itu terbilang sukses, baginya, tetap berbaur dan menyapa pelanggan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Bahkan walau sudah punya banyak karyawan, dia tetap tak ingin berdiam diri. Apalagi bila terlihat tamu mengantri menunggu pesanan, dengan sigap pria 50 tahun itu turun tangan membantu membuatkan bandrek maupun teh tarik.
Masih lekat dalam ingatannya bagaimana nasib yang dia jalani sebelumnya, belasan tahun silam saat kesehariannya hampir dihabiskan mencari nafkah di atas kendaraan sebagai sopir taksi dengan penghasilan yang pas-pasan.
Tak ingin pasrah pada keterpurukan ekonomi, lantas dicobanya berjualan bandrek. Modalnya dipinjam dari kakak ipar sebesar Rp 1 juta. Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, lantas sepulang cari duit menjadi sopir, malam harinya dia jualan bandrek. Awalnya berdagang menggunakan becak dayung, namun dua bulan kemudian digantinya pakai gerobak. Tempat jualannya tak jauh dari gang rumahnya di kawasan Jalan Prof HM Yamin.
Diusir dan digusur petugas menjadi salah satu deritanya saat berjualan di masa itu. Pengalaman pahit tersebut justru memicunya untuk tetap sabar dan optimis. Akhirnya, berkat kerja keras dan doa dalam berusaha, bandrek racikannya semakin banyak disukai orang, pelanggan pun bertambah.
Pelan-pelan garis nasib Wahab berubah, usahanya mulai dirasa ada perkembangan. Dari sebagian laba dia sisihkan untuk menambah item dagangan. Selain bandrek, disediakannya juga menu martabak dan bubur. Semula berjualan di gerobak, beberapa tahun kemudian meningkat jadi punya toko permanen. Sejumlah pekerja pun direkrut setelah Wahab merasa tak sanggup lagi sendirian melayani pembeli.
Kini Wahab mempekerjakan sekitar 500 karyawan yang tersebar di lima toko miliknya. Selain Jalan Prof HM Yamin, di Medan toko Bandrek Sahib juga hadir di kawasan Jalan Letda Sujono, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Setia Budi, dan Jalan Seksama. Dari kelima toko tersebut, Wahab bisa meraup omzet sekitar Rp 20 juta per harinya.
Sumber: ciputraentrepreneurship.com