Pemerintah Kota Bekasi tengah mencari figur Sekretaris Daerah (Sekda) atau orang ketiga di pemerintahan. Lelang jabatanpun digelar untuk mendapatkan sosok yang bakal mengisi jabatan strategis setelah wali kota dan wakil wali kota tersebut.
Ada empat orang nama ikut dalam lelang jabatan. Mereka adalah,Kepala Dinas Perhubungan, Yayan Yuliana,Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah, Reni Hendarwati, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Jumhana Lutfi, Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan, Dadang Ginanjar.
Keempatnya, terhitung tanggal 10-13 Desember 2018 akan mulai mengikuti serangkaian tes yang diadakan oleh panitia seleksi lelang jabatan.
Setidaknya akan ada tiga tes yang mereka jalani. Pertama tes mengenai seleksi kompetensi menejerial (asesment) yang digelar pada Senin, 10 Desember 2018 di Aula Nonon Sontani, Kantor Wali Kota Bekasi.
Kedua, tes seleksi kompetensi dan wawancara pada Selasa, 11 Desember 2018 yang diadakan di tempat yang sama.
Terakhir, para peserta lelang jabatan bakal menjalani tes kesehatan pada Rabu, 12 Desember 2018 di RSUD Kota Bekasi.
Setelah rangkaian tes dijalani, panitia seleksi selanjutnya membuat penilaian dan menyerahkah hasil penilaian kepada Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi. Di tangan Rahmatlah, nasib calon Sekda ditentukan. Ia, akan memilih satu nama yang akan diserahkan ke Provinsi guna disahkan oleh Gubernur Jawa Barat.
Anggota Komisi I DPRD Kota Bekasi, Ariyanto Hendrata berharap, serangkaian tes yang dilakukan tim seleksi lelang jabatan Sekda, mampu memberikan gambaran tentang kompetensi para kandidat Sekda.
Ia berharap, hasil tes menjadi acuan untuk menentukan siapa yang akan menjadi Sekda Kota Bekasi.
“Saya kira keempatnya bagus. Melalui asesment kandidat Sekda ini diharapkan muncul yang terbaik. Saya berharap, agar hasil asesment menjadi acuan untuk menentukan siapa yang akan jadi Sekda Kota Bekasi,” kata dia.
Secara garis besar, ia juga menggambarkan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi oleh kandidat Sekda. Pertama Sekda haruslah orang yang mampu mensinergikan kepentingan wali kota dan wakil wali kota.
“Ibarat seorang koki, ia harus tau menyajikan masakan yang disukai wali kota dan juga wakilnya. Seorang Sekda harus memiliki kemampuan untuk bisa mensinergikan kepentingan wali kota dan wakilnya,” kata dia.
Selain itu, Sekda yang secara otomatis mengemban jabatan Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) harus mampu menjabarkan sejumlah program pemerintah daerah yang tertuang dalam APBD kepada semua pihak termasuk DPRD.
“Sekda harus bisa berkomunikasi dengan semua pihak terutama dengan DPRD selaku mitra kerja dalam pembahasan anggaran. Seorang Sekda harus mampu menjabarkan program-program prioritas kepala daerah,” kata Ariyanto.
Sekda menurutnya, merupakan figur yang mampu memberikan keteladanan dan motivasi kepada anak buahnya.
“Seorang Sekda adalah seorang teladan. Ia harus mampu memberikan teladan yang baik dan memotivasi anak buahnya untuk lebih baik,” tandasnya.
Namun di luar apa yang Ariyanto sampaikan, ada syarat mutlak yang nampaknya harus dimiliki Sekda. Seorang Sekda, haruslah orang yang benar-benar mampu mengamankan kepentingan kepala daerah dan bahkan siap pasang badan untuk kepala daerah. Sekalipun syarat tersebut tidak pernah tertulis.
Inilah yang dilakukan oleh Rayendra Sukarmadji, Eks Sekda Kota Bekasi yang belum lama ini pensiun. Ia dikenal sosok yang loyal terhadap Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi. Bahkan, di ujung akhir masa jabatanya, ia rela berserteru dengan almarhum Ruddy Gandakusumah selaku Pejabat Wali Kota Bekasi demi mengamankan kepentingan Rahmat Effendi di Pilkada Kota Bekasi belum lama ini.
Sebelum Rayendra, ada sosok Tjandra Utama Effendi. Sekda di era Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad itu, bahkan sampai harus berurusan dengan penegak hukum untuk mengamankan bosnya.
Dari empat sosok yang saat ini tengah mengikuti proses lelang jabatan, siapa paling berpeluang menjadi Sekda Kota Bekasi?
Yayan Yuliana
Kendati terbilang paling muda di antara kandidat Sekda lainnya dan namanya tidak terlalu santer dibicarakan, akan tetapi Yayan tidak bisa dianggap sebelah mata dalam perebutan kursi Sekda Kota Bekasi.
Apalagi bila menengok rekam jejaknya di birokrasi, khsusunya selama Rahmat Effendi menahkodai Kota Bekasi, ia termasuk, pejabat yang karirnya cemerlang. Sejumlah jabatan pernah ia emban mulai dari Camat, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja dan Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi.
Selain moncer, Yayan juga termasuk sosok yang loyal kepada Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi. Dan yang tak kalah penting, ia termasuk alumni atau lulusan Institute Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang alumninya terkenal solid dan menguasai pos-pos penting dalam struktur pemerintahan dari tingkat daerah hingga pusat.
Satu hal yang mungkin menjadi hambatan bagi Yayan adalah usianya yang relatif masih muda dibanding dengan kandidat lainnya serta jam terbang yang mungkin masih kurang. Lazimnya, Sekda dijabat oleh pejabat senior dengan jam terbang tinggi.
Reni Hendrawati
Sudah bukan lagi rahasia, Reni memiliki kedekatan khusus dengan Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi. Hal ini dikarenakan, ayah kandungnya, Abdul Manan merupakan elit dan juga sesupuh Golkar Kota Bekasi, partai yang diketuai Rahmat Effendi.
Tak sebatas satu partai, ayahnya juga mentor politik Rahmat Effendi. Abdul Manan, orang yang punya peran penting dalam karir politik Rahmat Effendi dari mulai merintis sampai sekarang. Berbekal kedekatan tersebut, peluang Reni menjadi Sekda jelas terbuka.
Apalagi sejak Rahmat menjadi Wali Kota Bekasi, Reni menduduki sejumlah jabatan kunci di pemerintahan. Dari mulai Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang dulu bernama Badan Pelayanan Perizinan Terpadu yang mengurusi izin di Kota Bekasi hingga Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah, saat ini.
Meski peluang Reni terbuka untuk menjadi Sekda. Tapi nampaknya, Rahmat masih akan berhitung ulang jika harus menempatkan Reni di posisi penting tersebut. Faktor kecakapan berkomunikasi dengan banyak pihak, nampaknya bakal menjadi pertimbangan serius Rahmat.
Jumhana Lutfi
Jauh sebelum proses lelang jabatan dibuka, nama Lutfi santer dibicarakan oleh banyak kalangan. Bukan hanya di internal pemerintahan, tapi juga eksternal. Bahkan, Lutfi kabarnya menjadi orang yang memang disiapkan menjadi Sekda. Rayendra Sukarmadji, Sekda pada saat itu, berharap betul agar Lutfi menjadi suksesornya.
Gayung bersambut, Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi nampaknya juga ingin Lutfi menjadi Sekda menggantikan Rayendra. Bahkan setelah Rahmat kembali naik menjadi Wali Kota Bekasi usai menang Pilkada, ia sudah memberi sinyal akan mengangkat Lutfi sebagai Sekda.
Keinginan Rahmat menjadikan Lutfi sebagai Sekda juga mendapat respon positif partai koalisi pengusung Rahmat Effendi di Pilkada Kota Bekasi. Rata-rata partai, sepakat andai Rahmat menunjuk Lutfi.
Lutfi juga termasuk kandidat Sekda dengan jam terbang tinggi di pemerintahan. Sejumlah jabatan pernah ia emban, mulai dari Camat, Kepala Sekretariat DPRD, Asisten Daerah Bidang Pemerintahan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Lingkungan Hidup.
Sejauh ini, Rahmat bahkan terlihat nyaman dengan Lutfi. Figur Lutfi juga relatif bisa diterima banyak pihak. Namun belakangan, kabarnya Rahmat mulai melakukan kalkulasi ulang tentang Lutfi.
Dadang Ginanjar
Sama halnya Jumhana Lutfi, nama Dadang Ginanjar juga ramai diperbincangan banyak pihak. Meski nama Dadang timbul-tenggelam dalam bursa kandidat Sekda, namun seiring berjalannya proses lelang jabatan Sekda, namanya mulai diperhitungkan.
Kabarnya, kini Dadang berada di posisi paling depan di antara kandidat Sekda yang lain. Dadang dianggap sosok yang paling dibutuhkan Rahmat Effendi saat ini, karena dinilai berani mengambil risiko alias pasang badan.
Dadang juga dinilai cakap membangun komunikasi dengan banyak pihak. Dan tak kalah penting, ia sosok yang loyal.
Tingkat kepercayaan Rahmat kepada Dadang juga tak perlu lagi dipertanyakan. Bayangkan, sejak Rahmat menjadi Wali Kota, Dadang tak pernah tersentuh dari jabatannya sebagai kepala instansi yang mengurusi proyek pembangunan di Kota Bekasi. Sejumlah proyek-proyek besar mulai dari pembangunan stadion bertaraf internasional hingga RSUD Kota Bekasi dikerjakan oleh instansi yang Dadang pimpin.
Satu hal yang mungkin menjadi pertimbangan Rahmat untuk tidak memilih Dadang, Dadang yang selama ini memimpin instansi dengan jumlah anggaran jumbo, berpotensi tersandung persoalan hukum di tengah jalan.
Rahmat Effendi sendiri, ketika dimintai keterangan wartawan mengatakan, Pemkot Bekasi mencari sosok Sekda yang memiliki kondisi fisik prima dan berani melakukan perubahan.
“Pokoknya yang dicari adalah orang yang sekarang ini sehat, kuat, kuat artinya itu kuat fisik dan berani melakukan perubahan. Perubahan bukan hanya di luar tapi juga di dalam,” kata Rahmat.(TIM)