Mak Jantut, nenek tua berusia 80 tahun itu hanya bisa terbaring lemah diranjang. Diusianya yang sudah senja itu, ia tak bisa berbuat apa-apa selain berbaring lantaran penyakit lumpuh yang dideritanya sejak dua tahun yang lalu.
Derita nenek tua yang tinggal di RT 02/RW 05, Desa Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi kian bertambah sebab ia yang tinggal dengan anaknya, Dasih dan satu orang cucu, tidak memiliki biaya untuk mengobati penyakit yang dideritanya itu.
Jangankan untuk berobat, sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja, ia bergantung pada belas kasihan para tetangganya. Anaknya Dasih, yang bekerja serabutan itu tidak memiliki banyak uang untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
“Ya cuma bisa baring saja di kasur gak bisa apa-apa. Sampai sekarang belum pernah berobat karena gak ada uang dan gak tau harus diapain. Saya ini gak sekolah jadi gak tau apa-apa soal penyakit mak saya,” ujar Dasih, saat ditemui wartawan di rumahnya, Selasa (2/6).
Dasih, sebagai anak sangat sedih atas apa yang diderita orangtuanya itu, apalagi ketika ia harus meninggalkan orangtuanya untuk bekerja.
“Sedih itu kalau harus ditinggal sendiri, kasihan kan. Tapi mau gimana lagi, saya juga mesti kerja buat nyari makan meski gak sebarapa besarnya,” kata dia.
Kini, Dasih hanya berharap belas kasihan para dermawan dan Pemerintah Kabupaten Bekasi untuk kesembuhan orangtuanya itu. Ia berharap, banyak pihak tergugah atas derita yang dialami orangtuanya tersebut.
“Mudah-mudahan ada orang baik yang mau bantu orangtua saya. Saya juga berharap betul pemerintah bisa peduli kepada orang kecil seperti kami ini,” pungkasnya.
Kisah pilu Mak Jantut adalah sebuah ironi ditengah-tengah pesatnya pembangunan di Kabupaten Bekasi. Dan meski tinggal di daerah Industri terbesar Se Asia Tenggara, faktanya hal itu tidak lantas berimbas positif bagi masyarakat setempat. (Maulana)