Protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Enviromental Sustainability) yang digalakkan Kemenparekraf pun turut diterapkan dalam wisata wellness. Hal lain yang juga dipersiapkan adalah sarana dan prasarana, strategi pemasaran produk dan manajemen, serta peningkatan kualitas SDM.
Direktur Wisata Alam, Budaya, dan Buatan Kemenparekraf/Baparekraf, Alexander Reyaan menyatakan, potensi wisata wellness Indonesia mencakup kekayaan rempah dan tanaman obat, termasuk ragam obat tradisional.
Ia menekankan perlu dilakukan sinergi antara kementerian, lembaga, dan pelaku wisata wellness.
“Hubungan antarkelembagaan yang baik antara pelaku UMKM, dalam hal ini wisata wellness dengan kementerian dan lembaga terkait dapat mempermudah perizinan dan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti izin BPOM, sertifikat halal, dan lain sebagainya dapat tersedia. Sehingga, hal ini dapat meningkatkan kepercayaan wisatawan untuk menjajal wisata wellness tersebut,” ungkap pria yang akrab dispaa Alexander ini, Kamis, (22/10).
Dijelaskan Alexander, Indonesia memiliki potensi wisata wellness yang sangat besar. Hal ini dikarenakan banyak bahan baku yang diperlukan bagi produk wisata wellness seperti rempah-rempah dan tanaman obat tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Selain itu, Indonesia juga kaya akan keanekaragaman obat-obatan tradisional yang berperan besar dalam kelangsungan wisata wellness.
“Perlu ada sinergi yang kuat antara berbagai kementerian dan lembaga dengan pelaku wisata wellness agar kegiatan wisata ini dapat berjalan dengan baik dan lancar,” pungkasnya. (Nia)