Nama Ignasius Jonan terus melambung sejak menjabat sebagai Direktur Utama PT KAI. Ia merombak sistem perkeretaapian yang amburadul.Kebijakannya diapresiasi publik.
Presiden Jokowi rupanya terpikat dengan Jonan. Ia merangkulnya untuk masuk dalam Kabinet Kerja, sebagai Menteri Pehubungan.
“Pekerja keras. Jarang pulang. Suka tidur di kereta ekonomi,” kata Jokowi di Istana Negara, 26 Oktober 2014, saat mengumumkan susunan kabinet.
Jonan mengakui bahwa ia sebenarnya tidak menguasai bidang transportasi. Ia awalnya bekerja di bank. Ia didorong oleh Menteri BUMN Sofjan Djalil kala itu–sekarang Menko Perekonomian.
“Saya bilang apakah saya mampu. Saya tidak ngerti transportasi apalagi kereta api, tapi beliau mendorong agar saya membenahi,” kata Jonan dalam wawancara dengan Kompas TV, belum lama ini.
Tidak punya pengetahuan dasar soal transportasi,lalu bagaimana awal Jonan bekerja?
“Ini satu jebakan yang besar. Kalau orang baru datang ke sebuah organisasi yang baru bagi dia sudah membawa rencana itu salah besar,” katanya.
“Yang saya lakukan adalah melihat kekuatan organisasi tersebut dahulu.”
“Apa kelebihannya, apa kekurangannya, tantangannya apa, secara historis bagaimana, sekarang ditambah persepsi publik bagaimana, kualitas SDMnya
bagaimana, dan sebagainya.”
Menurut Jonan, kalau ia masuk sudah membawa program lebih dulu, keberhasilannya tentu tidak akan lebih dari 50 persen.
Perubahan terbaik adalah dengan mendengarkan dari pelakunya sendiri.
“Maunya apa, harapannya apa, kekuatannya apa, uangnya ada engga kalau badan usaha,mintanya ke siapa,” kata Jonan.
Jonan mengatakan, kultur kerja harus dibangun dengan dasar customer oriented. Pelanggan, masyarakat, harus diutamakan.
“Masyarakatlah yang memberi makan kita,” pesan Jonan selalu kepada anak buahnya. (Res)