Site logo

Anton Widjaja, Jajakkan Es Teler77 Mulai dari Kaki Lima Hingga Merambah ke Luar Negeri

Mempertahankan usaha keluarga hingga 32 tahun, bukanlah perkara mudah. Pasti ada kiat, suka dan duka dalam melakoni hal tersebut. Hal itu diakui Vice President Director Es Teler 77, Anton Widjaja.

Banyak kendala yang harus dilalui, mulai dari mencari lokasi yang strategis untuk pemasaran, meyakinkan orang bahwa produknya layak bersaing dan sebagainya.

Untuk permulaan, Anton menjajakan produknya di pinggiran jalan. Setiap tempat yang menurutnya banyak dilalui orang dan strategis akan ia jajakinya.

“Memang sulit sekali memulai usaha, kami mulai buka Es Teler 77 dari pinggiran jalan, ruko-ruko, depan rumah orang. Bisa dibilang, kami mulai dari kaki lima lah untuk berjualan,” ujar Anton beberapa waktu lalu.

Usaha Es Teler 77 ini kata Anton, berawal dari ketidaksengajaan, saat keluarganya mengadakan lomba untuk membuat es teller. Saat itu tercetus ide untuk membuat usaha dengan nama Es Teler.

“Itu menjadi inspirasi buat usaha. Makanya kita mulai jual Es Teler, kalau angka 77 itu angka pemberian orang tua yang yakin angka tujuh itu bisa membawa keberuntungan. Akhirnya Es Teler 77 sukses dan terkenal, dari situ banyak yang melirik dan mengajak untuk kerjasama. Kita mau jadi pionir waralaba. Bisa dibilang, kita jadi pencetus francaise di Indonesia,” kisahnya.

Seiring berjalannya waktu, usaha waralaba yang dikelola oleh keluarganya mulai membuka gerai maupun resto di beberapa lokasi. Terbukti hingga saat ini total lokasi Es Teler 77, ada 180 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan, Es Teler 77 juga merambah ke mall-mall.

“Tahun 1987, kita mulai buka gerai-gerai di luar Jakarta, yang konsepnya kerjasama. Dalam waktu singkat kita bisa perluas usaha. Kurang dari 10 tahun, kita buka gerai udah 100-an lebih dan sejalan perkembangan ekonomi gaya hidup masyarakat juga berubah. Oleh karena itu kami mencoba transformasi, tahun 1995, Es Teler 77 sudah mulai ada di mall,” papar Anton.

Anton juga jelaskan bahwa bukan perkara gampang bisa membuka gerai Es Teler 77 di mall, dia juga kerap mendapatkan penolakan untuk masuk ke mall. Sebab banyak yang masih meragukan nama Es Teler 77 untuk dapat bersaing dengan brand makanan terkenal lainnya. Namun, bukan Anton namanya jika tak terus berusaha.

“Kendalanya itu kalau shopping center maunya yang branded, sementara pengusaha di Indonesia enggak punya brand yang kuat. Apalagi orang-orang kita sangat lekat dengan brand dari luar dan kita di lihat sebelah mata. Ajukan proposal, kita selalu ditolak dan saya meyakinkan bahwa kita (Es Teler 77) mampu bertahan. Akhirnya pertama kali kita berhasil buka di Mall Pondok Indah, itu perjuangannya luar biasa,” ulas pria berkacamata itu.

Agar Es Teler 77 bisa terus bertahan, Anton selalu berusaha menjaga kualitas makanan dan minuman yang dijualnya agar selalu fresh. Bahkan pihaknya kerap mengadakan pelatihan untuk karyawan, baik pelatihan pelayanan, cara menyajikan makanan, cara memasak dan sebagainya. Hingga saat ini pihaknya juga tak akan merubah konsep produk yang dijualnya, yakni dengan menyajikan makanan khas Indonesia. Mulai dari siomay, es teller, batagor, otak-otak, aneka makanan mie, bakso dan sebagainya.

“Kita tetap mengusung Indonesian food ya sampai saat ini dan kita juga selalu jaga kualitas produk, pengawasan bahan baku. Kami juga mencoba melakukan pengawasan secara terstruktur. Kita berusaha enggak memakai bahan pengawet dalam menyajikan makanan. Bahan-bahan makanan juga kita pilih yang masih fresh,” serunya.

Tak puas begitu saja, Anton juga berusaha melebarkan Es Teler 77 di luar negeri. Setidaknya saat ini sudah tiga negara yang dijajaki Es Teler 77, yakni Malaysia, Singapura dan Australia. “Target kita bisa membuka gerai di mana-mana ya, tapi fokus kita tetap di Indonesia,” tukas Anton.

Sumber: ciputraentrepreneurship.com

Comments

  • No comments yet.
  • Add a comment