Site logo

Niken Jadi Guru Terbaik di Indonesia Berkat Inovasi “Tepuk Keledai Cerdik”

Apa pun pekerjaan kita, jika ditekuni dengan maksimal, maka akan berbuah manis bagi diri sendiri dan orang lain. Demikian prinsip yang selalu menjadi motivasi Niken Kencono Ungu (30), seorang guru di SMK Yudha Karya, Kota Magelang, Jawa Tengah, untuk bisa berprestasi dan berkarya hingga diakui di tingkat nasional.

Belum lama ini, Niken mendapat penghargaan Best Practice Teacher 2014 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, berkat inovasinya dalam menciptakan pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode yang sederhana, menyenangkan, dan mudah diingat oleh siswa. Niken menyebut metode tersebut dengan Tepuk Tangan Keledai Cerdik.

Di sekolah tempat ia mengajar, bahwa ide metode tersebut tercetus karena pengalaman pribadinya bahwa ia selalu merasa kesulitan jika belajar Bahasa Inggris. Selama ini, pelajaran bahasa asing tersebut menjadi momok yang menakutkan sehingga siswa menjadi malas untuk belajar.

“Saya tidak ingin anak-anak didik saya takut dengan Bahasa Inggris. Saya mulai berpikir, hingga terciptalah metode Keledai Cerdik pada tahun 2011. Metode ini memudahkan siswa menjawab soal-soal dengan sebuah trik sederhana,” ujar ibu empat putra itu, Senin (13/10/2014).

Sementara itu, “Tepuk Tangan Keledai Cerdik”, lanjut Niken, merupakan pengembangan dari metode sebelumnya, yakni penerapan metode “Keledai Cerdik” yang disertai dengan tepuk tangan. Metode ini pun ia peroleh dari hasil berimajinasi dan iseng-iseng saat bersantai di rumahnya yang terletak di Jalan Ketepeng 3, Kampung Trunan, Magelang Selatan, Kota Magelang.

“Saya berimajinasi dan iseng-iseng saja, bagaimana membuat metode belajar yang asyik dan menyenangkan bagi siswa. Awalnya, saya praktikkan kepada anak saya yang masih SD, ternyata dia bisa menjawab soal Bahasa Inggris dengan benar. Lalu, saya beranikan diri untuk saya terapkan kepada siswa-siswa di SMK Yudha Karya setahun yang lalu,” urai wanita berjilbab itu.

Niken mengatakan, respons siswa beragam ketika metode tersebut diperkenalkan. Bahkan, ada yang menganggap metode tersebut seperti cara belajar anak taman kanak-kanak (TK). Namun, lambat laun, kata Niken, siswa justru menyukainya. Selain menyenangkan, metode “Tepuk Tangan Keledai Cerdik” sangat mudah diingat dan efektif untuk menjawab soal-soal Bahasa Inggris dan mata pelajaran lainnya.

“Sekarang siswa tidak perlu susah-susah menghapal rumus grammar (mata pelajaran) Bahasa Inggris yang panjang dan banyak itu. Hanya dengan tepuk tangan saja, mereka bisa menjawab soal dengan cepat dan benar,” tutur Niken, sambil memperagakan cara “Tepuk Tangan Keledai Cerdik” tersebut.

Ide orisinal itulah, kata Niken, yang membuat para juri kompetisi tercengang. Para juri tidak menyangka jika wanita kelahiran 24 Agustus 1984 itu mampu menciptakan metode yang sangat berbeda dengan para kontestan lainnya. Padahal, hampir semua kontestan yang terdiri dari para guru SMA/SMK/MAN dari seluruh Indonesia itu mempresentasikan karya yang lebih modern dan “berkelas”.

“Saya sempat ditanya sama dewan juri, mengapa menggunakan metode ini untuk siswa SMK. Saya lalu menjawab bahwa saya tidak mungkin mengajarkan siswa-siswa saya yang memiliki kemampuan ekonomi dan kepandaian menengah ke bawah dengan metode yang rumit dan canggih. Wong (mengoperasikan) gadget saja mereka banyak yang belum bisa. Apalagi siswa-siswa saya terkenal ‘hobi’ tawuran, saya tidak mau mereka tambah terbebani dan stres,” ucap guru yang gemar menyanyi ini.

Menurut istri dari Slamet Surmiyanto (42) itu, tepuk tangan ternyata memiliki manfaat luar biasa. Tepuk tangan yang benar dapat membuka dan menghubungkan ribuan syaraf ke berbagai organ dan otak manusia.

Wanita berprestasi

Selain mendapat penghargaan bergengsi itu, ternyata Niken termasuk wanita yang memiliki segudang prestasi. Tidak terhitung lagi karya tulis ilmiah dan fiksi yang ia telurkan, belum lagi prestasi dari berbagai kejuaraan tingkat kota/kabupaten, provinsi, hingga nasional.

Sebut saja juara nasional untuk karya ilmiahnya yang berjudul “Integrasi Iman dan Taqwa dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indo Secara Tematik” pada 2004. Ia pun merupakan juara I MTQ tingkat Kota Magelang hingga juara umum Dai/Daiyah tingkat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bagi Niken, menjadi seorang guru bukanlah cita-citanya sejak kecil. Dahulu, ia hanya ingin menjadi dokter. Bahkan, ia sempat diterima di fakultas kedokteran sebuah universitas ternama. Namun, karena keterbatasan ekonomi orangtuanya, ia urung masuk di fakultas itu. Niken pun akhirnya masuk ke Universitas Negeri Tidar Magelang jurusan Bahasa Inggris pada tahun 2004.

Sambil kuliah, ia juga mengajar di SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang hingga saat ini, ketika ia sedang menyelesaikan pendidikan S-2 di UST Yogyakarta.

“Saya ingat pesan Ibu, tidak perlu malu apa pun profesi kita, yang penting bekerja maksimal, maka akan berbuah manis bagi diri kita dan orang lain. Bekerja dengan ikhlas, biarkan Tuhan yang menghitung,” ucap Niken.

Niken juga ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa menjadi guru swasta tidak perlu dikasihani karena gaji kecil. Guru swasta yang bahkan tidak memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (RUPTK) dan sertifikasi, sekalipun bisa berkarya dan berprestasi.

Sumber: kompas.com

Comments

  • No comments yet.
  • Add a comment