Dengan alasan lelah harus bolak-balik naik turun tangga saat hendak menuju ruang paripurna, Sekretariat DPRD Kota Bekasi kemudian membangunkan jembatan penghubung antara ruang fraksi dan ruang rapat paripurna untuk para anggota dewan.
Proses pembangunan jembatan itupun saat ini sedang berjalan, dengan biaya Rp 700 juta.Proyek ini sesungguhnya menunjukan bahwa wakil rakyat Kota Bekasi telah mati nuraninya.
Bayangkan, hanya untuk naik turun tangga saja, para wakil rakyat ogah melakukanya sehingga perlu dibangun jembatan penghubung. Lantas bagaimana mungkin orang-orang seperti ini memiliki rasa kepedulian atas penderitaan masyarakat.
Selain itu, dari segi kebutuhan, jembatan penghubung rasanya jauh dari kata perlu. Selain dari pada pemenuhan hasrat wakil rakyat Kota Bekasi yang semata-mata ingin dilayani.
Memang para wakil rakyat yang 11 Agustus 2014 baru saja dilantik tersebut tidak bisa sepenuhnya disalahkan, pasalnya sebelum mereka dilantik, proyek bersangkutan sudah ada dalam APBD 2014.
Akan tetapi, apapun itu, seharusnya anggota dewan yang baru saja dilantik itu bisa meminta adanya pembatalan terhadap proyek tersebut. Sama seperti sikap Presiden terpilih Jokowi yang dengan tegas meminta adanya pembatalan proyek pengadaan mobil dinas para mentrinya, meskipun sudah ada pemenang lelang. Bukannya malah diam saja, seakan menguatkan bahwa anggota dewan baik periode lama dan baru memiliki watak yang sama yakni ingin dilayani.
Lantas jika sudah seperti ini yang terjadi, bisakah rakyat tetap menggantungkan harapanya kepada mereka yang mati nuraninya itu.
oleh ; Redaksi