Adu Mekanik, PKS-Heri Koswara Lebih Unggul dari PDI Perjuangan-Tri Adhianto

Pilkada Kota Bekasi 2024 nampaknya akan mengerucut kedua poros utama yakni PDI Perjuangan dan PKS. Keduanya akan saling unjuk kekuatan atau ‘adu mekanik’ berebut kekuasaan di Kota Bekasi dengan jagoan mereka masing-masing.

PDI Perjuangan hampir bisa dipastikan menurunkan Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bekasi, Tri Adhianto sebagai jagoannya yang juga petahana.

Sedangkan PKS, akan menurunkan Ketua DPD PKS Kota Bekasi dan juga anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Heri Koswara.

Memang di luar poros PDI Perjuangan dan PKS ada Golkar dan partai-partai lain seperti Gerindra, PAN, PPP, PSI dan Demokrat yang juga berpeluang membentuk poros. Namun ketimbang membentuk poros baru, mereka rasa-rasanya akan lebih memilih bergabung ke salah satunya.

Catatan khusus ada pada Golkar yang besar kemungkinan memilih bergabung ke dua poros utama tersebut. Bagi Golkar sendiri tidak terlalu sulit menentukan bergabung ke mana, sebab mereka berpengalaman berkoalisi baik dengan PDI Perjuangan atau dengan PKS.

Mungkin yang sulit bagi Golkar adalah menentukan siapa figur yang nanti akan direkomendasikan partai. Karena figur ini akan menentukan arah koalisi Golkar. Figur juga berpengaruh besar kepada penerimaan mitra koalisi kepada Golkar.

Kembali kepada poros PDI Perjuangan VS PKS kedua kubu sama-sama punya keunggulan maupun kelemahan. Berikut keunggulan dan kelemahan keduanya:

PDI Perjuangan-Tri Adhianto

PDI Perjuangan merupakan salah satu kekuatan politik utama di Kota Bekasi sejak era reformasi. Perjalan politik Kota Bekasi hampir tidak bisa dilepaskan dari partai berlambang kepala banteng, tersebut.

Sepanjang sejarah Kota Bekasi, mereka tercatat pernah satu kali menang dalam Pilkada Kota Bekasi. Mereka menang pada edisi perdana Pilkada tahun 2007 silam.

PDI Perjuangan yang saat itu mengusung Mochtar Mohamad berhasil menang. Mereka berhasil menumbangkan PKS yang kala itu mencalonkan Ahmad Syaikhu, yang saat ini merupakan presiden PKS.

Sayangnya, sejak kemenangan tersebut, PDI Perjuangan selalu gagal dalam Pilkada edisi selanjutnya. Tahun 2012 misalnya, mereka kalah. Sedangkan di 2017, mereka yang waktu itu pemenang pemilu legislatif 2014 memilih tak mencalonkan kadernya.

Jika saat ini mereka punya Tri Adhianto yang berstatus petahana, itu bukan karena PDI Perjuangan menang Pilkada. Hal itu terjadi lantaran Tri yang saat maju Pilkada dari PAN memilih pindah ke PDI Perjuangan.

Menatap Pilkada 2024, PDI Perjuangan dalam kondisi kurang prima. Di pemilu legislatif 2024, Banteng gagal mempertahankan raihan kursinya. Kursi mereka turun dari 12 pada pemilu 2019, kini turun hanya 9 kursi.

Lalu bagaimana dengan Tri Adhianto sendiri yang besar kemungkinan akan direkomendasikan sebagai kandidat wali kota oleh partainya.

Kalau Tri dan PDI Perjuangan mau jujur, jelas kondisi Tri saat ini jauh berbeda saat ia masih aktif menjabat sebagai kepala daerah. Bisa disebut kondisi Tri sama dengan PDI Perjuangan kurang prima.

Usai tak menjabat sebagai kepala daerah, Tri nampak kehilangan panggungnya. Apalagi pada pemilu legislatif 2024, ia memilih tidak ikut mencalonkan diri sebagai calon legislatif.

Padahal kebanyakan politisi yang hendak maju Pilkada, memilih maju di pemilu legislatif untuk menguji seberapa kuat dirinya. Sedangkan Tri tidak demikian, ia memilih tak memanfaatkan momen itu.

Tri mungkin merasa ia sudah populer dibanding calon rival-rivalnya. Hanya saja, popularitas tersebut jelas tidak bisa sepenuhnya diandalkan untuk memenangi Pilkada.

Belum lagi menjelang Pilkada, ia masih harus direpotkan mencari teman koalisi agar bisa mendaftarkan diri sebagai kontestan Pilkada. Maklum, PDI Perjuangan hanya punya 9 kursi, sementara syarat maju Pilkada minimal punya 10 kursi.

PKS-Heri Koswara

Dalam perpolitikan Kota Bekasi, PKS tak bisa dianggap remeh. Ini terbukti dari suksesnya pencapaian mereka di Kota Bekasi, khusunya di pemilu legislatif.

PKS tercata 3 kali keluar sebagai pemenang pemilu yakni tahun 2024, 2019 dan terbaru tahun 2024.

Sayangnya peruntungan mereka di Pilkada tidak berbanding lurus dengan pemilu legislatif. Dari 3 kali edisi Pilkada yakni 2007, 2012 dan 2017 PKS baru sekali mencicipi kemenangan.

Kemenangan dapat mereka raih pada Pilkada 2012. Dan itupun PKS hanya menempati posisi wakil wali kota.

Menatap Pilkada 2024, kondisi PKS berbading terbalik dengan PDI Perjuangan. Mereka justru tengah panas-panasnya setelah berhasil menang pemilu legislatif 2024.

Hebatnya lagi, PKS tidak perlu repot untuk memenuhi syarat pencalonan di Pilkada. Perolehan 11 kursi mereka jauh dari cukup bagi mereka mengusung calonnya tanpa koalisi.

Sedangkan kandidat yang bakal mereka usung Heri Koswara juga sama. Kondisi Heri bisa dikatakan sangat prima untuk bertarung di Pilkada nanti.

Berbeda dengan Tri, Heri justru memanfaatkan momentum pemilu legislatif untuk menguji dirinya. Maju sebagai calon anggota DPRD Provinsi Jawa Barat daerah pemilihan Kota Bekasi-Kota Depok, ia mampu keluar sebagai peraih suara tertinggi dari calon lainnya.

Total suara pribadinya mencapai 168 ribu, dimana sebanyak 137 ribu disumbangkan dari pemilih Kota Bekasi. Capaian tersebut naik drastis dari perolehan suaranya di tahun 2019 yang hanya mencapai 73 ribu.

Dari hasil itu, Heri bisa mengukur kekuatan dan basis pendukungnya sebelum melangkah ke Pilkada.

Jika melihat keunggulan dan kelemahan baik PDI Perjuangan dengan Tri Adhiantonya dan PKS bersama Heri Koswara, maka bisa dikatakan posis PKS bersama Heri Koswara lebih unggul dari PDI Perjungan dengan Tri Adhianto.

PKS bersama Heri Koswara punya kans besar menang. Meskipun dalam sebuah Pilkada kemenangan ditentukan tidak hanya dari satu dua variabel saja.

Tapi setidaknya bagi PDI Perjuangan dan Tri Adhianto, PKS dan Heri Koswara adalah ancaman nyata di Pilkada mendatang.

Tulisan ini merupakan opini yang ditulis redaksi www.klikbekasi.co


*Foto: Ilustrasi Internet

Tinggalkan komentar