Opini  

Strategi Mengukur Papan Catur Ala Harris Bobihoe

Avatar photo
Wakil Wali Kota Bekasi, Abdul Harris Bobihoe saat tengah berjoged menikmati lagu Tabola Bale yang tengah viral. (Foto: Pemkot Bekasi)

Politisi Gerindra, Abdul Harris Bobihoe nampaknya tengah menerapkan strategi mengukur papan catur atau pemetaan terhadap kondisi Pemkot Bekasi sejak resmi dilantik sebagai Wakil Wali Kota Bekasi akhir Februari lalu. Ia nampak begitu hati-hati dalam melangkah, pelan tidak grusa-grusu atau gegabah dalam bersikap.

Apa yang dilakukan Bobihoe jelas pilihan tepat. Apalagi ia sama sekali buta peta dalam tubuh birokrasi Pemkot Bekasi. Ia tak tau siapa kawan dan siapa lawan.

Sejauh ini strategi ini berjalan efektif. Setidaknya membuat Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto selaku partnernya di pemerintahan nyaman tanpa merasa terusik dengan Bobihoe.

Sebab sejak awal keduanya dilantik, kabarnya Tri sudah menaruh kecurigaan tinggi kepada Bobihoe. Tri amat takut, Bobihoe melakukan gerakan politik untuk mendongkelnya dari kursi kekuasaan.

Ketakutan Tri jelas bukan tanpa alasan. Sebab sudah bukan hal tabu dalam rezim pemerintah daerah terjadi konflik antara Wali Kota dan Wakilnya, Gubernur dan Wakilnya atau Bupati dan Wakilnya.

Bahkan Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian pernah menyebut, mayoritas kepala daerah terjerat kasus hukum karena dilaporkan oleh wakilnya.

Dan khusus untuk Kota Bekasi, konflik Wali Kota dan Wakil Wali Kota nyaris selalu terjadi sejak era Pilkada langsung. Misalnya konflik antara Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad dengan wakilnya, Rahmat Effendi. Kemudian Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi dengan wakilnya Tri Adhianto. Praktis hanya saat Rahmat Effendi dan Ahmad Syaikhu berduet memimpin Kota Bekasi, konflik nyaris tidak terjadi.

Menariknya, setiap konflik terjadi selalu saja menelan korban. Mochtar Mohamad harus berurusan dengan KPK begitu juga Rahmat Effendi.

Sebagai mantan birokrat di Pemkot Bekasi, Tri Adhianto tentu paham betul akan hal ini. Sehingga, kabarnya ia amat takut dan bahkan cenderung paranoid kepada Harris Bobihoe. Sampai-sampai dikabarkan, segala gerak-gerik Bobihoe dipantau dengan ketat dan dianalisa betul.

Kembali ke Bobihoe, jika benar apa yang dilakukannya  sebagai strategi mengukur papan catur. Maka saat ini hampir bisa dipastikan ia nyaris mengetahui peta seutuhnya dalam tubuh Pemkot Bekasi.

Bahkan bukan hanya internal Pemkot Bekasi. Ia bisa jadi juga telah memiliki peta politik Kota Bekasi. Ia sudah tau setiap orang beserta masing-masing perannya di atas papan catur.

Dengan peta yang telah dikantonginya, langkah apa yang kemudian akan Bobihoe ambil. Apakah ia akan memainkan manuver politik untuk bisa puncak singgasana Kota Bekasi dengan mendongkel Tri Adhianto. Atau tetap menjadi wakil wali kota yang baik dengan kata lain sebatas menjadi ban serep.

Sebagai politisi kenyang pengalaman, Bobihoe nampaknya akan memilih tetap menjadi wakil wali kota yang baik. Ia tidak akan terpancing untuk berkonflik dengan Tri.

Kalau toh harus berkonfrontasi, ia memilih menggunakan tangan orang lain tanpa perlu mengotori tangannya. Dengan begitu, citranya sebagai politisi akan tetap baik di mata Tri atau komunitas politik di Kota Bekasi.

Toh ia tahu,  cepat atau lambat, Tri yang diduga tersangkut banyak kasus hukum akan jatuh dengan sendirinya.

Tulisan ini merupakan opini yang ditulis oleh redaksi klikbekasi.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *