Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengecam pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo.
Dalam pernyataannya, Hashim menyebut ada harga yang harus dibayar oleh Jokowi karena meninggalkan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta dan maju sebagai calon presiden.
“Mencerminkan wajah asli Pak Hashim bahwa kekuatan digunakan untuk menjegal,” kata Hasto saat dihubungi, belum lama ini.
Menurut Hasto, pernyataan Hashim itu terlontar karena kekecewaan kubu Gerindra yang kalah pada Pemilu Presiden 2014. Padahal, kata dia, Jokowi memenangi pilpres bukan karena praktik uang, melainkan karena dipilih oleh mayoritas masyarakat pemilih Indonesia.
“Hashim ingin kekuasaan untuk investasi, saat tidak tercapai, dia lakukan semua cara yang mewakili bawah sadarnya Gerindra,” ujarnya.
Sebelumnya, Hashim mengatakan, ada harga yang harus dibayar oleh presiden terpilih Joko Widodo atas langkahnya “meninggalkan Jakarta” dan mencalonkan diri dalam pilpres yang lalu. Hashim, dalam artikel yang ditayangkan The Wall Street Journal versi online, menganggap langkah Jokowi itu sebagai personal betrayal.
“Ada harga yang harus dibayar,” kata Hashim.
Ia menyatakan, Koalisi Merah Putih yang menguasai parlemen akan menjadi oposisi yang aktif dan konstruktif dalam mengawal pemerintahan Joko Widodo. Ia mengatakan, Prabowo kini aktif terlibat dalam membangun dan memimpin koalisi di parlemen.
Koalisi Merah Putih, lanjut Hashim, memiliki otoritas yang cukup untuk mengawasi pemerintahan Jokowi, termasuk penentuan sejumlah jabatan di pemerintahan dan lembaga, seperti kepala Polri, panglima TNI, hakim agung, dan anggota Mahkamah Konstitusi.
“Prabowo dan para pemimpin partai koalisi akan memimpin sebuah oposisi yang aktif. Kami akan mampu mengontrol agenda legislatif,” katanya.(Res)
sumber: kompas