Terkuaknya Cerita Pendeta Mesum di Bekasi kepada Jemaatnya

Ada satu lagi korban Djoko Martono (53), pendeta di Kota Bekasi yang dilaporkan ke polisi lantaran memerkosa CV (15).

(Baca: Pendeta di Bekasi Perkosa Bocah)

Korban, ERN (35), menceritakan perbuatan mesum pelaku kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kota Bekasi yang sedang menyelidiki lebih jauh kasus CV.

ERN adalah jemaat Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Filadelfia di Jalan Ampera, Kelurahan Durenjaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.

Cerita mesum itu berawal dari kegiatan keagamaan di gereja. Mula-mula Djoko mendekatinya dan mengeluarkan rayuan maut tiap kali ada kegiatan.

Djoko kemudian mulai berani mengirim pesan singkat atau SMS. Isinya, pelaku ingin berhubungan badan dengan korban. Dengan dalih agama, pelaku mengatakan hal tersebut direstui Tuhan.

“Isi SMSnya sama seperti yang dikirim kepada CV. Alasannya perintah Tuhan dan Tuhan selalu merestui,” cerita ERN kepada Komisioner KPAI Kota Bekasi Ruri Arief Rianto, di rumahnya di daerah Bekasi Timur. Saat bercerita, ERN didampingi sang suami.

(Baca: KPAI Kota Bekasi Minta Polisi Tangkap Pendeta Mesum)

ERN tidak menanggapi SMS Djoko. Namun Djoko semakin kurang ajar. Pada Minggu, 23 Agustus 2015, pelaku mengelus pipi dan tangan ERN saat sesi berdoa.

Menurut ERN, dalam sesi berdoa, ia memang tidak sendiri. Ada sejumlah jemaat lain. Namun, semua jemaat memejamkan matanya agar pikiran tidak terganggu–karena memang begitulah yang dianjurkan pendeta.

“Dia memanfaatkan kesempatan itu untuk mengelus pipi dan tangan saya. Saya sangat risih saat itu,” kata ERN.

Usai doa, ERN memberanikan diri menegur Djoko. Namun pelaku malah marah-marah dan mengancam dengan dalih bahwa itu perintah Tuhan, sehingga apabila tidak dilaksanakan korban dan suaminya bisa celaka.

“Ini perintah Tuhan kamu tidak usah protes atau menolak dan hal seperti ini tidak usah kamu bilang kepada siapa-siapa, termasuk suami kamu,” kata ERN menirukan ancaman pelaku.

Hal yang sama juga terjadi pada Minggu berikutnya. Namun, saat Djoko mengelus pipi dan dagu, ERN langsung menepis. Karena tak tahan dengan perlakuan itu, ERN akhirnya mengadu kepada sang suami.

“Saya ceritakan kepada suami, saya tidak mau lagi ikut segala kegiatan gereja. Suami saya kaget dan sangat marah. Dia langsung telpon pelaku. Tapi pelaku malah balik menyumpahi kami celaka,” kata ERN.

Teddy, suami ERN, sangat kecewa dengan kelakuan Djoko yang mengatasnamakan agama untuk berbuat kotor. Dia mengatakan tidak ada perintah Tuhan seperti itu.

“Saya yang bodoh ini pun tahu bahwa itu bukan perintah Tuhan. Agama tidak pernah mengajarkan seperti itu,” katanya.

Ditutup rapat

Teddy menceritakan, sebenarnya kelakuan bejat Djoko sudah lama ia dengar. Namun tidak ada yang berani membicarakan kabar buruk itu keluar.

Djoko pun sebenarnya hendak diberhentikan sebagai pendeta oleh GPPS Filadelfia pusat yang berada di Surabaya. Namun, istri Djoko memohon-mohon kepada pengurus pusat agar suaminya tetap menjadi pendeta.

(Baca: Modus Pendeta di Bekasi Sembunyikan Aksi Mesumnya)

“Kenyataannya malah tambah parah hingga ada korban di bawah umur yang hamil dan melahirkan anak,” kata Teddy.

Menurut Teddy, Djoko merekrut tim doa berjumlah empat orang perempuan. Jumlah anggota gereja hampir 100 orang. Tim doa itulah yang mesti datang setiap hari ke gereja untuk bertemu pelaku.

“Pelaku memanfaatkan kesempatan itu untuk melampiaskan hafa nafsunya dengan membawa-bawa nama Tuhan,” katanya.

Selama ini, Teddy sudah berusaha menjadi jemaat yang baik. Apabila ada genting gereja bocor, misalnya, dialah yang naik-turun membenahi.

“Jelas saya emosi istri saya diperlakukan seperti itu. Saya berharap polisi cepat menangkap dia,” katanya.

Kami berusaha mendatangi rumah Djoko di Durenjaya, namun sepi. KPAI Kota Bekasi juga melakukan hal yang sama. Hingga berita ini diturunkan, Djoko belum bisa dihubungi untuk dimintai konfirmasi. (Res)

Tinggalkan komentar