Pengusaha boneka di Kota Bekasi kini harus memutar otak agar tidak bangkrut. Harga bahan baku boneka, yang merupakan barang impor, terus naik lantaran nilai tukar rupiah merosot terhadap mata uang asing.
“Dolar naik, otomatis harga bahan baku juga naik. Biaya produksi semakin tinggi,” kata Anang Sujana, Ketua Himpunan Pengrajin Boneka Indonesia Kota Bekasi, belum lama ini.
Kondisi itu, bagi dia, ibarat makan buah simalakama. Jika menaikkan harga, boneka bisa tidak laku. Sebab boneka bukan kebutuhan primer, melainkan sekunder.
“Kebutuhan pokok lebih penting daripada boneka. Jadi menaikkan harga bukan solusi,” katanya.
Anang mengatakan, dalam kondisi seperti ini, pengusaha boneka terpacu untuk mengatur siasat pemasaran. Cara pandang bahwa pasar boneka hanya anak-anak perempuan, misalnya, segera diubah.
“Kaum pria pun memerlukan barang jenis boneka, misalnya untuk penyangga leher di mobil. Atau bagi ibu-ibu, galon juga perlu dibungkus boneka agar menarik,” kata Anang.
Kejelian melihat peluang pasar adalah kunci yang utama. Kata Anang, pengusaha boneka harus pintar membaca kemauan pasar. “Sekarang, misalnya, lagi ramai boneka barkarakter buah-buahan. Alhadulillah, permintaannya begitu tinggi.” (Res)