Ratusan pedagang Pasar Cikarang menolak rencana revitalisasi pasar tempat mereka berjualan menjadi pasar modern.
Pedagang menolak, sebab pasar nantinya tidak sekedar direvitalisasi. Namun akan diubah secara menyeluruh, dengan bercokolnya bangunan baru seperti apartemen, kolam renang, plaza hingga tempat hiburan.
Pedagang merasa, revitalisasi yang semacam itu tidak tepat dan bertentangan dengan konsep pasar itu sendiri.
“Kami tidak akan menolak apabila pemerintah Kabupaten Bekasi melakukan revitalisasi pasar secara tradisional. Bukan merubah total seperti yang dikehendaki oleh Pemkab Bekasi dengan pihak swasta selaku mitra,” ujar Ketua Forum Komunikasi Pedagang Pasar Baru Cikarang (FKP2B), Yuli Sri Mulyati, saat mendeklarasikan FKP2B sebagai wadah perjuangan pedagang untuk menolak rencana revitalisasi, Senin (28/3).
Yuli juga mengkritik revitalisasi pasar yang dibiayai dengan sistem kerjasama dengan pihak ketiga atau lebih dikenal dengan istilah Build Operate And Transfer (BOT). Apalagi nantinya pedagang harus membayar 30 persen biaya pembangunan pasar.
Selain itu, pedagang juga takut kalau pembangunan pasar berhenti di tengah jalan. Sebab pihak ketiga yang digandeng yaitu perusahaan yang pernah gagal membangun pasar di daerah Johar, Karawang.
“Kita ikuti apa yang diminta pemerintah dan pengembang. Tapi apakah dapat menjamin, pasar yang kita tempati,akan di bangun sampai selesai, sedangkan dari beberapa kali melakukan pembangunan di daerah Karawang dan sekitarnya, pekerjaan mereka mangkrak dan terbengkalai. Siapa nanti akan tanggungjawab, kan yang menjadi korban tetap aja pedagang dan rakyat kecil,” kata salah seorang pedagang yang enggan menyebutkan namanya.
Sedikit informasi, Pasar Cikarang beberapa waktu yang lalu sempat terbakar dan saat ini kondisinya dibiarkan tidak terawat dan memprihatinkan. Sementara itu pemerintah berencana melakukan revitalisasi dengan total anggaran mencapai Rp 590 miliar yang akan didanai dengan sistem BOT.(Ezra)