Proses seleksi Direksi PDAM Tirta Bhagasasi untuk mengisi posisi Direktur Utama (Dirut) dan Direktur Umum (Dirum) sudah masuk babak final, usai tim seleksi menggelar uji kelayakan dan kepatutan (Fit and Prope Test) pada 25 sampai 26 Juli 2016.
Total, ada delapan orang menjalani agenda tersebut: empat orang menjalani seleksi untuk posisi Dirut dan 4 lainnya untuk posisi Dirum.
Peserta seleksi Dirut antara lain Usep Rahman Salim selaku mantan Direktur Utama PDAM Tirta Bhagasasi, Solihat selaku mantan Direktur Umum PDAM Tirta Bhagasasi, Maman Sudarman selaku Direktur Usaha PDAM Tirta Bhgasasi dan Adi Setiawan yang merupakan calon dari luar PDAM Tirta Bhagsasi.
Ada pun peserta seleksi Dirum antara lain Jhoni Dewanto dan Ulan Ruslan, yang merupakan Kepala Cabang PDAM Tirta Bhagasasi. Dua lainnya, Dono Pranono dan Muhammad Soleh, berasal dari eksternal PDAM.
BUMD basah
PDAM Tirta Bhagasasi bukanlah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ecek-ecek. Banyak uang mengalir di sana. Orang-orang menyebutnya dengan kata ‘basah’.
“PDAM Tirta Bhagasasi itu lahan basah, banyak uang di sana. Jelas jadi banyak yang pengen dan selalu jadi rebutan,” ujar sumber kami di internal PDAM Tirta Bhagasasi.
Penelusuran Klik Bekasi, dokumen laporan auditor independen atas keuangan PDAM Tirta Bhagasasi sepanjang tahun 2015 dengan Nomor: LAP.07/SM.05A/KGIII/2016 menyebutkan, jumlah aset PDAM Tirta Bhagasasi nilainya mencapai Rp 528.920.927.490.
Angka itu mengalami peningkatan cukup signifikan dibanding tahun 2014 yang hanya mencapai Rp 372.923.050.518.
Sementara, untuk pendapatan usaha PDAM Tirta Bhagasasi pada tahun 2015, jumlahnya mencapai Rp 366.242.276.221. Rinciannya, pendapatan air sebesar Rp 341.282.810.205 dan pendapatan non air Rp 24.959.466.
Pendapatan tahun 2015 naik berkali-kali lipat dari tahun 2014, di mana pendapatan PDAM mencapai Rp 287.155.116.240 dengan rincian pendapatan air Rp 268.824.566.844 dan pendapatan non air Rp 18.330.549.
Dengan pendapatan yang besar, sudah barang pasti, PDAM Tirta Bhagasasi memiliki nilai proyek yang tidak sedikit.
Tahun 2015 saja, pengeluaran PDAM Tirta Bhagasasi untuk pembelian air curah atau baku yang merupakan proyek rutin mencapai Rp 82.250.761.577. Ini naik dibanding tahun 2014 yang besarnya mencapai Rp 60.186.664.762.
Belum lagi untuk membeli bahan kimia yang mencapai Rp 10.306.539.870 pada 2015 dan Rp 9.825.590.500 pada tahun 2014.
Sementara, dari proyek pembelian yang dilakukan PDAM, tersisa hutang usaha pada tahun 2015 yang nilainya mencapai Rp 35.617.931.235. Hutang ini naik dari tahun 2014 yang hanya Rp 2.512.743.394.
Hutang usaha tersebut tersebar di 29 perusahaan yang menjadi mitra PDAM Titra Bhagasasi sepanjang tahun 2015. Nilai hutang terbesar PDAM Tirta Bhagasasi yakni kepada PT Moya Bekasi Jaya, yang nilainya mencapai Rp 17.137.805.646.
Total pengeluaran BUMD plat merah itu mencapai Rp 321.955.434.251 pada tahun 2015 naik dari tahun 2014 yang hanya Rp 262.832.143.412.
Pengeluaran terbesar ada pada beban pegawai yang mencapai Rp 92.556.256.963 pada tahun 2015, naik dari tahun 2014 sebesar Rp 90.165.256.464.
Sehingga total laba bersih perusahaan air ini hanya Rp 32.033.596.857 pada tahun 2015 naik dari tahun 2014 yang hanya Rp 31.106.038.480, dengan catatan sudah dihitung dengan pajak.
Melihat sajian angka yang ada, maka wajar jika BUMD ini jadi rebutan banyak pihak dan pertarungan memperebutkan kursi direksi selalu panas.
Lantas siapakah yang akan ditunjuk memimpin BUMD yang basah ini?
Keputusan kini berada di tangan pemegang saham, yakni Bupati Bekasi, Neneng Hasanah Yasin dan Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi.
Dalam proses ini, biasanya, kecakapan atau hasil uji kelayakan dan kepatutan tidak lagi penting. Semua kembali kepada soal selera pemegang saham. Tarik menarik kepentingan pun lumrah terjadi.
“Yang berani setor besar ke petinggi itu yang akan terpilih,” kata sumber kami. (Ical)