Di tengah hiruk-pikuk cerita buruk tentang polisi, kita perlu mengenal lebih dekat Kapolda Metro Jaya Inpektur Jenderal Muhammad Tito Karnavian. Meski belum genap setahun menjabat, Tito telah mencuri perhatian warga Jakarta dan sekitarnya.
Tito selama ini dikenal sebagai Kapolda yang rajin turun ke lapangan dan berhubungan langsung dengan masyarakat. Ia piawai meredam ketegangan. Sejumlah insiden bisa ditangkal secara cerdas tanpa ada kesan tergesa-gesa.
“Saya ingin polisi punya wajah yang ambivalen,” kata Tito saat berkunjung ke Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, beberapa waktu lalu. “Di satu sisi polisi harus profesional, di sisi lain ia mesti humanis.”
Belakangan, Tito turut disebut sekilas dalam rekaman percakapan antara Ketua DPR Setya Novanto, pengusaha Muhammad Riza Chalid dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Ma’ruf Sjamsoeddin. Namun, ia disebut bukan soal bagi-bagi saham, melainkan tentang kariernya yang bagus.
“Kapolda Papua itu kan sahabat saya, sahabat dekat,” kata Riza. “Tito?” Ma’ruf langsung cepat menyahut ‘intermezo’ Riza.
“Tito. Akhirnya (dia) ditarik ke Jakarta supaya enggak mencolok, jadi Asrena (Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran). Sekarang Papua sudah jalan, kasih hadiah sama Jokowi. Padahal maunya Jakarta bukan dia. Pak BG maunya bukan Tito. Pak BG maunya Pak Budi, tapi Budi ditaruh di Bandung, Tito Jakarta. Yang minta (langsung) Jokowi,” kata Riza.
Begitu diwawancarai wartawan, Tito pun menjawab ramah. Ia menduga, namanya disebut-sebut Riza lantaran ia sempat bertemu dengan Menteri ESDM Sudirman Said, selaku orang yang membawa kasus ‘bagi-bagi saham Freeport’ ke Mahkamah Kehormatan DPRD.
“Beliau (Sudirman) menanyakan karena saya menjadi Kapolda Papua selama dua tahun. Pendapat saya, PT Freeport Indonesia harus mendapat pengamanan yang kuat. Kalau terjadi gejolak, itu bisa berdampak pada gerakan-gerakan kemerdekaan yang ada di sana,” ujar Tito.
Di Papua sendiri, sejak 2012 hingga 2014, Tito dikenal sebagai Kapolda yang dekat dengan para tokoh adat. Sejumlah media massa Papua menyebut Tito mampu memahami kompleksitas permasalahan di Papua. Media juga memuji komitmen jenderal bintang dua itu terhadap pemberantasan korupsi.
Siapakah Tito?
Tito lahir di Palembang, 26 Oktober 1964. Sejak muda, otak Tito memang cerdas. Saat hampir lulus kelas 3 di SMA Negeri 2 Palembang, misalnya, ia mengikuti empat ujian masuk pendidikan tinggi dan semuanya lulus.
Tito lulus ujian masuk pada Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, jurusan Kedokteran di Universitas Sriwijaya, jurusan Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Pilihannya masuk Akabri ternyata tidak sia-sia. Pada tahun 1987, Tito menerima bintang Adhi Makayasa karena menjadi lulusan Akpol terbaik. Setelah itu, ia terbang ke Inggris untuk belajar ilmu kepolisian di University of Exeter dan lulus pada tahun 1993.
Sepulangnya ke Indonesia, Tito tetap mendalami ilmunya di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta dan lulus pada tahun 1996. Lagi-lagi, ia meraih penghargaan bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan terbaik.
Baru berapa tahun di Indonesia, Tito bertolak ke Selandia Baru. Ia menyelesaikan pendidikan di Massey University Auckland di Selandia Baru tahun 1998 dalam bidang Strategic Studies.
Tito juga mendalami bidang Strategic Studies di Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura, dan mendapatan gelar PhD pada 2013 dengan niai di atas rata-rata atau excellent.
Tahun 2001, Tito yang memimpin Tim Kobra berhasil menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra (mantan) Presiden Soeharto dalam kasus pembunuhan hakim agung Syafiudin. Berkat sukses menangkap Tommy, Tito termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa.
Tahun 2004, ketika Densus 88 Antiteror Polda Metro Jaya dibentuk untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia, Tito yang saat itu menjabat Ajun Komisaris Besar (AKBP) memimpin tim yang terdiri dari 75 personel. Unit antiteror ini dibentuk oleh Kapolda Metro Jaya (waktu itu) Irjen Firman Gani.
Tito kembali menjadi polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Densus 88 Antiteror, yang melumpuhkan teroris Azahari Husin dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005. Pangkat Tito naik menjadi Kombes Pol.
Densus 88 Antiteror juga berhasil menangkap puluhan tersangka yang masuk dalam DPO di Kecamatan Poso Kota, 2 Januari 2007. Tito dan sejumlah perwira Polri lainnya juga sukses membongkar konflik Poso dan meringkus orang-orang yang terlibat di balik konflik tersebut.
Tito pun termasuk perwira yang bergabung dalam tim penumpasan jaringan terorisme pimpinan Noordin Mohammad Top tahun 2009. Selain itu, Tito mendapatkan banyak penugasan untuk pergi ke berbagai belahan dunia dari Asia, Amerika hingga Eropa. (Res/Berbagai sumber)
JENJANG KARIER
Perwira Samapta Polres Metro Jakarta Pusat (1987)
Kanit Jatanras Reserse Polres Metro Jakarta Pusat (1987–1991)
Wakapolsek Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat (1991–1992)
Wakapolsek Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat
Spri Kapolda Metro Jaya (1996)
Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat (1996–1997)
Spri Kapolri (1997–1999)
Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya (1999–2000)
Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya (2000–2002)
Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulawesi Selatan (2002)
Koorsespri Kapolda Metro Jaya (2002 – 2003)
Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya (2003 – 2005)
Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya (2004 – 2005)
Kapolres Serang Polda Banten (2005)
Kasubden Bantuan Densus 88 Anti Teror Polri (2005)
Kasubden Penindak Densus 88 Anti Teror Polri (2006)
Kasubden Intelijen Densus 88 Anti Teror Polri (2006 – 2009)
Kadensus 88 Anti Teror Polri (2009-2010)
Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (2011-21 Sept 2012)
Kapolda Papua (21 Sept 2012-16 Juli 2014)
Asrena Polri (16 Juli 2014-5 Juni 2015)
Kapolda Metro Jaya (5 Juni 2015-Sekarang)
JENJANG KEPANGKATAN
Inspektur Dua Polisi (1987)
Inspektur Satu Polisi (1990)
Ajun Komisaris Polisi (1993)
Komisaris Polisi (1997)
Ajun Komisaris Besar Polisi (2001)
Komisaris Besar Polisi (2005)
Brigadir Jenderal Polisi (2010)
Inspektur Jenderal Polisi (2012)
DAFTAR PENGHARGAAN
Bintang Adhi Makayasa (lulusan AKPOL terbaik (1987)
Bintang Wiyata Cendekia (lulusan terbaik Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta) (1996)
Kenaikan Pangkat Luar Biasa Mayor ke Ajun Komisaris Besar (2001)
Kenaikan Pangkat Luar Biasa Ajun Komisaris Besar ke Komisaris Besar (2005)
Penghargaan memimpin operasi anti teror di daerah konflik Poso Sulawesi Tengah (2007)
Kenaikan Pangkat Luar Biasa Komisaris Besar ke Brigjen (2010)
Bintang Seroja Lulusan Terbaik Lemhanas PPSA 17 (2011)
Bintang Bhayangkara Nararya
Bintang Bhayangkara Pratama
Satyalencana Kesetiaan 8 Tahun
Satyalencana Kesetiaan 16 Tahun
Satyalencana Kesetiaan 24 Tahun
Satyalencana Dwidaya Sistha
Satyalencana Ksatria Tamtama
Satyalencana Bhakti Nusa
Satyalencana Darma Nusa
Satyalencana Bhakti Buana
Satyalencana Jana Utama
Satyalencana Santi Dharma
Satyalencana Karya Bakti
KASUS MENONJOL YANG DITANGANI
Bulogate (Korupsi 1999)
Bom Kedubes Filipina, Jakarta (2000)
Bom Bursa Efek Jakarta, Jakarta (2001)
Bom Malam Natal Jakarta (2001)
Bom Plaza Atrium – Senen –Jakarta (2001)
Pembunuhan hakim agung Safiudin Kartasasmita, Jakarta (2001)
Bom Makassar, Sulawesi Selatan (2002)
Bom di gedung MPR/DPR – Jakarta (2003)
Bom bandara internasional Sukarno Hatta Jakarta (2003)
Bom J.W. Mariott, Jakarta (2003)
Pembunuhan direktur PT. ASABA oleh kelompok Gunawan Santosa (2004)
Bom Cimanggis Depok (2004)
Bom Kedubes Australia Jakarta (2004)
Bom Bali II (2005)
Mutilasi 3 siswi di Poso, Sulawesi Tengah (2006)
Bom Pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah (2005)
Mutilasi Kepala Desa Pinedapa, Poso, Sulawesi Tengah (2006)
Bom Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott, Jakarta (2009)
Operasi pengungkapan latihan paramiliter teroris di Aceh (2010)
Operasi pengungkapan perampokan bersenjata CIMB bank Medan (2010)
Operasi pengungkapan Bom Bunuh Diri di Polres Cirebon Kota (2011)
Operasi Pengungkapan Bom Buku dan Parsel di Jakarta (2011)
Operasi Pengungkapan Terorisme Penembakan dan Bom di Aceh (2012)
Penanganan berbagai konflik separatis di Papua (2012-2014)
JENJANG KARIER
SD di Palembang (1976)
SMP di Palembang (1980)
SMA N 2 Palembang(1983)
Akademi Kepolisian (1987); Penerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik.
Master of Arts (M.A.) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993)
Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK (1996) Penerima bintang Wiyata Cendekia sbg lulusan PTIK terbaik
Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand (Sesko) (1998)
Bachelor of Arts (B.A.) in Strategic Studies, Massey University, New Zealand (1998)
Sespim Pol, Lembang (2000)
Lemhannas RI PPSA XVII (2011) penerima Bintang Seroja sebagai peserta Lemhanas terbaik.
Ph.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization at S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore (magna cum laude) (2013).