Malu-malu Kucing Ahmad Syaikhu

Pasangan Rahmat Effendi dan Ahmad Syaikhu sekilas nampak harmonis. Tiga tahun lebih bersama-sama memimpin Kota Bekasi, mereka tidak menunjukkan tanda-tanda keretakan atau pecah kongsi di hadapan publik.

Namun, sesungguhnya, tensi politik sedang memanas. Dominasi Rahmat Effendi dalam pengambilan kebijakan pemerintahan membuat gerbong PKS, yang menaungi Syaikhu, merasa tidak puas.

Sumber kami di internal PKS mengungkapkan, Rahmat Effendi, yang berteduh di Golkar, sejauh ini belum bisa membuktikan janji-janjinya–seperti telah disepakati sebelum berkoalisi.

“Hanya 30 persen yang terealisasi, dari semua poin kontrak politik antara PKS dan Golkar. Jadi mayoritas janji wali kota tidak terpenuhi,” kata sumber.

Di tubuh PKS, wacana untuk mengakhiri hubungan dengan Rahmat Effendi senantiasa mengemuka. Bahkan, skenario sudah dibangun sedemikian rupa untuk menghadapi kemungkinan bercerai.

Sayang, Ahmad Syaikhu masih malu-malu kucing membicarakan riwayat masa depannya di Pilkada Kota Bekasi 2018. “Padahal sebenarnya beliau siap mengambil posisi wali kota,” ungkap sumber.

Citra positif Syaikhu

Untuk menang dalam Pilkada, setidaknya, seorang kandidat memiliki citra personal yang positif. Untuk soal ini, Ahmad Syaikhu nampaknya paham betul.

Syaikhu menggalang gerakan yang cukup masif untuk menguatkan figuritasnya. Ibarat perang, pasukan di darat udara dan laut dia persiapkan secara matang.

Di media sosial, Syaikhu intens membangun komunikasi dengan netizen–yang rata-rata merupakan warga kotanya. Dimulai dengan mengunggah foto kegiatan, ia pun bisa manarik komentar audiensnya.

Untuk lebih meyakinkan publik, Syaikhu menghidupkan situs web pribadinya. Di sana, ia tidak sekadar berbagi kegiatan seremonial, tapi juga menampilkan informasi publik berupa paparan regulasi pemerintah.

syaikhu-facebook

Informasi yang kami dapat, Syaikhu bahkan turut membidani lahirnya beberapa media massa, dari mulai situs berita hingga stasiun radio.

Di tengah masyarakat, Syaikhu tidak kalah sibuk dengan Rahmat Effendi. Ia rajin menyambangi warganya, entah dalam rangka tugas resmi atau pun tidak.

Syaikhu, misalnya, sering kongkow dengan lintas komunitas. Dari komunitas pecinta budaya, lingkungan hidup, olahraga, sampai komunitas kreatif yang diisi oleh anak-anak muda.

Saking rajinnya, Syaikhu rela menyempatkan diri datang ke pernikahan warganya, sekadar untuk menjadi saksi nikah atau membacakan doa di tengah tasyakuran–karena ia juga merupakan ustadz.

Apa yang dilakukan Syaikhu tentu bukan tanpa tujuan. Ia ingin dekat dengan akar rumput. Itu wajar dilakukan pejabat publik maupun politikus, apalagi menjelang pemilihan umum.

Berhitung politik Syaikhu

Melihat sepak terjangnya, Ahmad Syaikhu merupakan figur dengan popularitas dan tingkat elektabilitas tinggi–hal yang membuat Rahmat Effendi selalu berhitung, sehingga memilih menggandeng daripada saling berhadapan.

Rahmat Effendi mengerti: Syaikhu tidak bisa dianggap enteng. Pada Pilkada 2008, mendampingi Mochtar Mohamad, ia pernah berhadapan dengan Syaikhu.

Meski berhasil mengalahkan Syaikhu, duet Mochtar-Rahmat nyatanya ngos-ngosan, padahal diusung banyak partai besar. Mereka hanya menang tipis dari Syaikhu-Kamalludin, yang hanya diusung PKS.

Mochtar-Rahmat memeroleh suara sah 368.940, dari total hak pilih 760.361 suara dan suara tidak sah 30.972. Sedangkan Syaikhu-Kamalludin mendulang 303.209 suara.

Di dunia perpolitikan, seperti halnya Rahmat Effendi, Syaikhu bukanlah politikus karbitan. Keduanya sama-sama merangkak dari bawah.

Syaikhu pernah menjadi anggota DPRD Kota Bekasi periode 2004-2009 dan anggota DPRD Provinsi Jawa Barat periode 2009-2014. (Baca: Profil Ahmad Syaikhu)

Dalam karir kepartaian, jabatan Syaikhu jauh lebih tinggi dari Rahmat Effendi. Syaikhu sudah memimpin PKS Jawa Barat–kantong suara partainya. Ada pun Rahmat Effendi duduk sebagai ketua Golkar Kota Bekasi.

syaikhu-pks

Dengan melihat posisi tersebut, Syaikhu mempunyai kesempatan lebih besar untuk menentukan nasibnya. Apalagi, dalam tradisi PKS, pengurus tingkat provinsi berhak memilih calon kepala daerah tingkat kota.

Di Kota Bekasi, PKS memiliki mesin partai yang solid. Perolehan suara terbanyak pada Pileg 2004 menunjukkan bahwa PKS bukanlah partai ecek-ecek.

Saat ini, PKS merupakan partai dengan perolehan kursi terbanyak nomor 3 di Kota Bekasi atau hanya selisih 1 kursi saja dengan Golkar yang memeroleh delapan kursi.

“Menduduki posisi wali kota tidak muluk, asalkan semua kader partai bekerja keras,” komentar Mafudz Abdurrahman, Bendara Umum DPP PKS, dalam suatu kesempatan. (Ical)

Tinggalkan komentar