Elektabilitas Ketua PDI Perjuangan Kota Bekasi, Tri Adhianto menjelang Pilkada Serentak pada November 2024 mendatang bisa saja tergerus oleh sejumlah faktor salah satunya buruknya pelayanan air bersih bagi warga Kota Bekasi.
Harus diakui, sebelum Tri lengser dari jabatannya sebagai Wali Kota Bekasi pada 20 September 2023 , warga Kota Bekasi dalam hal ini pelanggan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Patriot mengalami kendala pasokan air bersih. Suplai mereka sempat berhenti gara-gara Tirta Patriot menghentikan proses produksi mereka dampak tercemarnya Kali Bekasi oleh limbah berbahaya.
Warga yang terdampak tidak main-main kurang lebih sekitar 40 ribuan rumah tangga. Mereka adalah pelanggan di Kecamatan Bekasi Utara, yang mana sumber bahan baku produksi air Tirta Patriot untuk daerah tersebut berasal dari Kali Bekasi.
Masalahnya, peristiwa berhentinya pasokan air ke warga terjadi sampai dua kali pada kurun waktu Agustus dan September 2023 dengan durasi waktu cukup lama.
Akibat berhentinya pasokan air membuat warga menjerit. Jeritan mereka ramai di sejumlah platform media sosial (medsos).
Sialnya, peristiwa itu terjadi dekat sekali dengan habisnya masa jabatan Tri sebagai kepala daerah. Sehingga ada potensi, warga mencap Tri sebagai kepala daerah yang gagal dalam memenuhi kebutuhan air bersih warganya.
Meski sebenarnya problem berhentinya pasokan air bersih pada pelanggan Tirta Patriot merupakan masalah klasik yang bukan terjadi di era Tri Adhianto saja. Hanya saja memang, waktunya bertepatan dengan berakhirnya masa jabatan Tri. Sehingga bisa jadi, hal ini menimbulkan kesan mendalam yang bisa saja terus terekam dalam memori kolektif masyarakat. Bila itu benar, maka hal tersebut jelas merugikan bagi Tri yang besar kemungkinan akan maju Pilkada tahun depan.
Seperti kita ketahui Kecamatan Bekasi Utara merupakan kantong suara pemilih dengan jumlah penduduk paling besar dari total 12 kecamatan se-Kota Bekasi. Artinya, rugi besar jika gara-gara masalah air bersih Tri kehilangan kepercayaan dari warga Kecamatan Bekasi Utara.
Katakanlah warga Bekasi Utara yang menjadi pelanggan Tirta Patriot kemudian mengambil sikap tidak memilih Tri pada Pilkada. Jelas hal ini bukan hanya merugikan tapi membahayakan.
Bayangkan saja, total pelanggan Tirta Patriot di Bekasi Utara kurang lebih 40 ribuan pelanggan atau sebanyak 40 ribu rumah. Jika satu rumah minimal ada dua orang yang memiliki hak pilih, lalu mereka memilih mendukung calon kepala daerah selain Tri, maka ada sekitar 80 ribuan suara yang besar kemungkinan hilang dari Tri. Jelas hal itu menjadi kerugian besar.
Belum lagi, bila pelanggan Tirta Patriot yang kecewa tersebut secara masif mengkampanyekan buruknya pengelolaan air bersih di era kepemimpinan Tri, itu jelas sangat membahayakan.
Ditambah lagi, dalam masa satu tahun ke depan, sampai Pilkada dihelat, bukan tidak mungkin berhentinya pasokan air akibat tercemarnya Kali Bekasi kembali terulang yang akan semakin memperkuat sentimen negatif terhadap Tri Adianto.
Sementara itu, solusi-solusi yang diupayakan oleh Tri sebelum lengser beserta Tirta Patriot merupakan solusi memakan waktu. Artinya tidak bisa langsung diadakan akan tetapi mesti melewati serangkaian proses.
Misalnya, solusi mengganti bahan baku air dari Kali Bekasi dengan air Kalimalang dengan memindahkan saluran air dari Kali Bekasi ke Kalimalang lewat saluran palanta dengan model perpipaan. Itu tidak selesai dikerjakan dalam waktu satu malam.
Kasus berhentinya pasokan air dari Tirta Patriot ke warga di satu sisi juga kian menguatkan tudingan tidak profesionalnya perusahaan air milik Pemerintah Kota Bekasi di bawah rezim Tri Adhianto.
Apalagi kita tahu, sejak Tri naik menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota dan Wali Kota definitif banyak sekali perubahan yang ia lakukan ditubuh Tirta Patriot. Salah satunya dengan menempatkan orang-orang yang disinyalir punya relasi tertentu dengan Tri. Entah mereka yang satu bendera partai dalam hal ini PDI Perjuangan, atau orang yang dianggap punya jasa membawa Tri ke posisi puncak.
Tri misalnya mengangkat Ali Imam Fariyadi dari jabatan sebelumnya sebagai Direktur Usaha menjadi Direktur Utama menggantikan Solihat yang dipecat oleh Tri.
Ali Imam Fariyadi alias Aweng semua orang tau persis, bahwa ia merupakan bagian pendukung pasangan Rahmat Effendi-Tri Adhianto pada Pilkada Kota Bekasi 2018 lalu.
Adalah Rahmat Effendi yang menunjuk Aweng untuk masuk dalam jajaran direksi di Tirta Patriot. Bahkan pada saat itu, Rahmat Effendi sampai harus membentuk pos jabatan baru yakni Direktur Usaha agar bisa memasukan Aweng.
Dalam perjalanannya, ketika Rahmat Effendi digantikan posisinya oleh Tri Adhianto, Aweng kemudian segera naik jabatan dari Plt Direktur Utama menjadi Direktur Utama.
Lalu jabatan Aweng yang sempat kosong kemudian diisi oleh Asri Asmar yang tak lain kader PDI Perjuangan, partai tempat Tri bernaung
Selain Aweng dan Asri, banyak lagi nama-nama yang mengisi pos-pos tertentu di Tirta Patriot, yang mana orang tersebut memiliki relasi tertenu dengan Tri.
Melihat apa yang Tri perbuat terhadap Tirta Patriot selama ia menjabat kepala daerah, Tri nampaknya punya harapan besar terhadap perusahaan plat merah tersebut. Paling tidak, lewat layanan prima kepada masyarakat, ia bisa mendapatkan kredit poin.
Tapi alih-alih mendapatkan untung dari Tirta Patriot, Tri justru terancam buntung alias merugi. Elektabilitas bisa terus tergerus gara-gara gagalnya pengelolaan air bersih oleh Tirta Patriot.
Tri Adhianto dan Direktur Utama Perumda Tirta Patriot, Ali Imam Fariyadi
Sumber foto
Info Bekasi
Sumber / rujukan
Redaksi Klik Bekasi
Disclaimer
Kanal Komunitas berisi konten yang dikirim oleh pengguna platform. Konten berisi artikel populer dengan tema terkait Bekasi dan tema umum. Setiap pengguna dianggap sudah membaca dan menyetujui Panduan Komunitas.
Add a review