Wartawan Bekasi Gelar Aksi Solidaritas

Puluhan wartawan di Bekasi yang mengatasnamakan Persatuan Wartawan Kota Bekasi menggelar aksi solidaritas untuk Array Agus, wartawan Tribun Medan dan Andiri Safrin, wartawan MNC TV yang menjadi korban kekerasan oknum Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) dan Paskhas Lanud Suwondo, Medan.

Aksi digelar di depan pintu Tol Bekasi Barat, Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan, Rabu (17/08/2016) sore.

Dalam aksinya, sejumlah wartawan membentangkan spanduk dan tulisan dari karton bersikian nada kecaman atas aksi brutal yang menimpa Array dan Andiri.

Mereka juga menggelar orasi dan menanggalkan ID Card Pers masing-masing serta menyalakan lilin dan bendera kuning sebagai bentuk protes atas matinya kebebasan pers.

Syahrul Ramadan selaku koordinator aksi dalam orasinya mengecam keras, prilaku brutal yang menimpa rekannya sesama jurnalis. Ia meminta, kasus tersebut diusut tuntas.

Bendera Kuning dan Lilin sebagai bentuk protes atas matinya kebebasan pers.
Bendera Kuning dan Lilin sebagai bentuk protes atas matinya kebebasan pers.

“Kami minta kasus ini diusut tuntas, adili pelaku sesuai dengan perbuatannya,” kecam Syarhul, yang sehari-harinya bertugas sebagai wartawan di salah satu media cetak lokal di Bekasi.

Menurutnya, jika kasus ini didiamkan tanpa penyelesaian, hal tersebut menjadi persenden buruk bagi dunia pers nasional dan menjadi ancaman serius bagi para pewarta yang bertugas sehari-hari di lapangan.

“Ini bukan kali pertama jurnalis mengalami tindak kekerasan. Bagi kami ini ancaman serius bagi pers, apalagi kalau sampai tidak ada penyelesaian terhadap kasus ini,” kata dia.

Sementara itu, Kartono, salah seorang jurnalis media online lokal di Bekasi berharap, kejadian serupa tidak lagi menimpa jurnalis di Indonesia.

Ia juga menekankan kepada semua pihak agar bisa lebih memahami kerja dan profesi wartawan.

“Khusus untuk aparat maupun pejabat publik, tolong lebih memahami lagi tugas dan profesi kami sebagai jurnalis. Kami ini dilindungi dengan undang-undang dan bertugas secara profesional. Jadi kami berharap, ini bisa menjadi pembelajaran sehingga ke depan, hal serupa tidak lagi berulang,” tandasnya.

Sekadar informasi, kekerasan yang menimpa wartawan Tribun Medan dan MNC TV terjadi beberapa hari lalu. Hal tersebut bermula saat keduanya sedang meliput unjuk rasa warga Sarirejo yang mempertahankan tanahnya yang hendak dibangun Rusunawa.

Tak disangka, bukan berita yang didapat, tapi justru malang yang menimpa. Keduanya mendapat luka serius dan harus menjalani perawatan di rumah sakit setempat.(Ical)

Tinggalkan komentar