Koalisi Golkar dan PKS kemungkinan tidak bertahan sampai Pilkada Kota Bekasi 2018. Ahmad Syaikhu, yang menjadi wakil Rahmat Effendi, mulai memberikan sinyal melenggang sendiri ke gelanggang. Atau ini hanya gertak sambal alias pura-pura menggertak untuk menaikkan posisi tawar kepada Golkar?
Sebagai awal, PKS menunjukkan kemesraannya dengan Gerindra–partai yang bukan bagian koalisi Rahmat Effendi dan Syaikhu. Kedua partai itu bahkan sudah membuat kesepakatan koalisi untuk Pilkada mendatang, meski pun belum secara spesifik menentukan siapa figur wakil yang mendampingi Syaikhu.
Ketua PKS Kota Bekasi, Heri Koswara, tidak menampik kenyataan itu–dan tidak membenarkan bahwa itu sekadar gertak sambal. Di tingkat akar rumput, kader memang menginginkan Syaikhu menjadi Wali Kota Bekasi periode 2018-2023. Apalagi, di partai, jabatan Syaikhu cukup bergengsi: ketua PKS Jawa Barat.
Jika partai menjadikan keinginan kader sebagai patokan dalam pengambilan kebijakan, jelas Heri, maka PKS dan Golkar bakal cerai pada Pilkada tahun depan. Apalagi mempertahankan koalisi bukanlah opsi tunggal. Tentu saja banyak skenario yang disiapkan PKS, dan semuanya masih ditimbang cermat.
“Masih sangat dinamis. Bisa jadi kami bertahan dengan posisi saat ini. Atau bisa jadi dengan partai lain. Intinya semua kemungkinan masih terbuka. Tapi kalau bicara kader, mayoritas kader ingin PKS maju sebagai wali kota, bukan wakil,” ungkap Heri kepada Klik Bekasi, belum lama ini.
PKS Kota Bekasi terus mencermati dinamika politik yang terus berkembang di daerah maupun di pusat. Kemenangan Anies-Sandi di DKI Jakarta, sebagai contoh, menjadi kajian serius di internal PKS Kota Bekasi.
Format koalisi PKS dan Gerindra di tingkat nasional yang sudah membuahkan hasil di DKI Jakarta kemungkinan diadopsi di Kota Bekasi. Kesamaan waktu penyelenggaraan Pilkada Kota Bekasi dan Pilgub Jawa Barat pun, jelas Heri, sedikit banyak akan memengaruhi bangunan koalisi.
“Perkembangan politik tentu terus kami cermati betul. Nanti pada akhirnya kita bisa melihat bagaimana partai mengambil sikap untuk Pilkada Kota Bekasi 2018,” kata Heri diplomatis.
Di internal PKS Kota Bekasi, sumber kami mengungkapkan, keinginan membubarkan koalisi dengan Golkar sebenarnya sudah terpikir sejak lama. Salah satu alasan utamanya karena Golkar tidak komitmen kepada PKS usai Rahmat Effendi dan Syaikhu memenangkan Pilkada periode lalu.
“Dari seratus persen komitmen dalam kontrak politik, tidak sampai tiga puluh persen yang dilaksanakan. Ini membuat PKS jelas-jelas kecewa,” ungkap sumber. Komitmen yang dimaksud adalah soal bagi-bagi kue kekuasaan.
Sumber lain menyebut PKS hanya melakukan upaya gertak sambal kepada Golkar untuk menaikkan posisi tawar. Kalau tidak begitu, Golkar bakal seenak hati memperlakukan PKS sepanjang kepemimpinan Rahmat Effendi. PKS sendiri masih menghitung Golkar dan PDI Perjuangan yang juga kuat di akar rumput.
“Ini cuma sebatas manuver. Artinya, PKS mencoba melakukan tekanan kepada Golkar agar posisi tawar mereka naik. Informasi yang saya dapat langsung dari mereka, besar kemungkinan Golkar dan PKS akan tetap koalisi mengusung Rahmat dan Syaikhu,” ungkap sumber, yang merupakan politikus di Kota Bekasi.
Melihat konstelasi politik dalam satu dasawarsa terakhir, pilkada Kota Bekasi 2018 kemungkinan didominasi tiga poros utama: Golkar, PKS dan PDI Perjuangan. Kecermatan dalam menentukan koalisi tentu sangat memengaruhi perolehan suara.
Diberi sinyal cerai oleh mitra koalisinya, seperti apa Golkar Kota Bekasi bersikap?
Sekretaris Golkar Kota Bekasi, Heri Budisusetyo mengatakan, sejauh ini internal partainya tidak memiliki opsi lain selain mempertahankan koalisi dengan PKS. Golkar begitu yakin jika koalisi tetap dipertahankan, maka, kemenangan pun mudah diraih dalam Pilkada.
“Belum ada wacana atau ospi lain. Opsi kami tetap melanjutkan koalisi dan duet pasangan Rahmat Effendi dan Ahmad Syaikhu,” kata Heri, singkat. (*)