Muara Gembong–Rejeki bisa datang dari mana saja, termasuk dari kondisi yang memprihatinkan. Kondisi rusaknya jalan di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi misalnya, malah disyukuri oleh para penarik perahu eretan di sepanjang Sungai Citarum: sungai yang memisahkan Bekasi dan Karawang.
Bagi yang tinggal di daerah Muara Gembong, eretan bukan transportasi aneh. Tapi, bagi para pendatang dan pelancong, naik transportasi air antarkabupaten ini adalah sensasi baru.
Badan kapal yang bergoyang-goyang dihalau air dan semilir air, semakin memikat. Pemandangan alam yang membentang dan wajah-wajah orang desa yang bersahaja membuat pengunjung serasa hidup di daerah luar pulau Jawa.
Eretan ini menghubungkan Muara Gembong dan Kabupaten Kawarang. Eretan berbentuk perahu kayu dengan lebar 3 meter dan panjang 10 meter. Eretan juga tidak menggunakan mesin, tapi digerakkan oleh tenaga manusia.
Satu Eretan biasanya diawaki oleh dua orang. Masing-masing berada di ujung untuk mengerakkan dan mengendalikan perahu dengan berpegangan pada seutas tali baja yang dibentangkan menyeberangi sungai.
Untuk memudahkan, tali baja tersebut dikaitkan dengan perahu dan diberi roda besi. Tali inilah yang membuat perahu tak koyak meski diterpa arus sungai.Dengan pola seperti ini, sebuah eretan bukan saja mampu menyebarangkan kendaraan roda dua, tapi juga mobil bahkan truk.
Tarif untuk satu kali menyebarang tergolong murah. Untuk kendaraan roda dua, penyeberang hanya dipatok Rp. 2.000 dan Rp. 15.000 untuk roda empat. Sedangkan truk, dikenakan biaya Rp. 25.000.
Dalam satu hari, Masudi, salah satu pemilik eretan, menyebarangkan 15-20 kendaraan roda dua dan roda empat. “Lumayan, bisa buat makan sehari-hari,” kata pria yang 15 tahun lebih setia menarik eretan.
Lebih dekat ke Karawang
Warga Muara Gembong ternyata lebih memilik ke Karawang untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari ketimbang ke Cikarang. Alasannya, ke Karawang naik eretan lebih dekat. Sedangkan ke Cikarang, jalanya tidak memungkinkan.
“Kalau di Karawang, jalan tidak terlalu rusak,” kata Masudi.
Bahkan, ke Cikarang pun, warga lebih nyaman menyeberang ke Karawang dulu, Baru, kemudian, menuju ke Cikarang.”Kalau lewat Sukatani, Pebayuran, jalannya rusak,” kata dia.
“Kalau dihitung, warga Muaragembong ke Cikarang bisa merogoh kocek 100 ribu untuk pulang-pergi. Kalau ke Karawang malah murah,” jelas Masudi.
Dia dan teman-teman seprofesinya mengaku senang meski jalan di Kabupaten Bekasi rusak. Semakin lama tidak diperbaiki jalannya, maka usaha eretan dia semakin untung.
Mashudi mengungkapkan, pemasukan paling besar adalah ketika lebaran. “Banyak warga Muara Gembong yang punya sanak famili di Karawang. Eretan jadi idaman,” kata dia.(Bratha)