Chika Chaerunisa (11) nampak murung saat ditemui di rumahnya di Jalan Bintara 3 Nomor 53 RT 03 RW 08, Kelurahan Kranji, Kota Bekasi, pada Kamis (23/10/2015).
Siswi kelas 5 sekolah dasar negeri (SDN) Bintara Jaya 02 Kota Bekasi itu menderita luka lebam di bagian mata sebelah kirinya dan luka lecet di sekitar mata sebelah kanan. Chika pun agak kesulitan membuka matanya.
Chika bercerita, sekitar sepuluh teman laki-lakinya menyiksanya saat jam pelajaran menggambar di kelas pada Rabu (21/10/2015) pukul 09.30 atau setelah jam istrirahat.
“Saya baru duduk di kelas setelah jam istirahat. Waktu itu pelajaran menggambar,” kata Chika membuka kisah suramnya yang terjadi di sekolah yang berada di Kelurahan Bintara Jaya, Kecamatan Bekasi Barat itu.
Menurut Chika, wali kelasnya, yang bernama Rokaya, datang ke ruang kelas 5 untuk memberikan tugas menggambar. Setelah itu, Rokaya meninggalkan kelas.
Kesempatan itu rupanya dimanfaatkan siswa laki-laki. Mereka membully Chika. Tapi, Chika terus saja menggambar. “Mereka ngatain saya burik,” katanya dengan polos.
Tiba-tiba, entah siapa yang berbuat, kepala Chika dipukul dari belakang dengan tangan kosong. Menurut Chika, pukulan itu membuat kepanya sakit.
“Saya langsung menangis karena sakit. Tidak ada yang berani melerai karena mereka laki-laki dan jumlahnya banyak,” kenang Chika sedih.
Chika hanya bisa menundukkan kepalanya di meja sembari menutupinya dengan tangan. Chika menangis sesenggukan.
Tanpa diduga-duga, beberapa siswa naik ke meja dan mendudukkan pantat mereka di atas kepala Chika. Wajah Chika membentur meja. Insiden inilah yang membuat wajahnya lebam dan lecet.
“Mereka naik ke atas meja, terus dudukin kepala saya dengan pantat. Kepala saya membentur meja sampai berdarah,” kata Chika.
Tak lama, wali kelas pun datang. Melihat Chika berdarah, ia membawanya ke ruang guru. “Di sana saya dikompres. Tapi habis itu Bu Guru pergi ke kelas lagi.”
Sudah berulang kali
Chika bercerita, penyiksaan yang dialaminya terjadi sudah berulang kali tepatnya sejak ia duduk di bangku kelas 5 atau enam bulan yang lalu.
“Saya dipukul, dikatain burik. Dipukul terus. Yang mukul banyak,” kata Chika mengingat kejadian itu.
Chika juga menyebut mereka pernah memecahkan telur (diceplok) pada kepalanya. Pernah pula hendak didorong dari lantai dua kelasnya, namun beruntung ada guru yang lewat.
“Saya takut duduk di kelas. Kalau istirahat saya tidak pernah di dalam. Mereka mengusir saya. Jadi harus menunggu Bu Guru datang,” katanya.
Kedua orangtua Chika, Choiryah (ibu) dan Abu Choir (ayah), mengatakan sangat kecewa dengan pihak sekolah yang tidak melaporkan insiden itu kepadanya.
Menurut Abu, Chika pada Rabu pulang normal pukul 13.00. Ketika baru sampai halaman rumah, Chika tidak langsung masuk, tapi duduk di depan.
“Chika tidak mau melihat saya. Ternyata dia berdarah. Dia sedih. Saya bujuk, dia akhirnya akhirnya mau menceritakan semuanya,” kata Abu.
Dari pengakuan Chika, kata Abu, sang anak tidak pernah merasa punya masalah dengan teman-teman lelakinya yang menganiaya itu.
“Anak saya mengatakan tidak pernah punya masalah dengan teman sekelasnya. Chika tidak tahu mengapa mereka menganiayanya,” jelas Abu.
Esok harinya, Kamis pagi, Abu datang ke SDN Bintara Jaya 2 menemui kepala sekolah dan wali kelas Chika untuk meminta penjelasan. Mereka ternyata malah berbohong.
“Kepala sekolah dan wali kelas bilang kalau Chika luka karena jatuh. Saya sangat kecewa dengan pihak sekolah,” pungkas Abu.
Hingga berita ini diturunkan, pihak sekolah belum bisa dikonfirmasi. Orangtua Chika pun belum melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian.
(Res/AN)