Tidak banyak orang yang tahu, dan memang tidak boleh diberitahu, tentang keberadaan Rumah Aman milik Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kota Bekasi.
“Jadi, Rumah Aman adalah sebuah tempat untuk mengungsikan anak-anak yang menjadi korban kekerasan,” kata Komisioner KPAI Kota Bekasi Rury Arief Rianto, membuka ceritanya kepada klikbekasi.co belum lama ini.
Menurut Rury, Rumah Aman tersebut hanyalah rumah biasa yang disewa oleh Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB).
“Itu seperti rumah pada umumnya. Yang istimewa adalah fungsinya. Di tempat inilah para korban kekerasan bisa merasa aman,” katanya.
Rury mengatakan, korban kekerasan boleh tinggal di rumah aman sampai kondisi psikisnya sudah pulih dan merasa siap kembali ke lingkungan tempat tinggalnya.
“Makanya kami tidak kasih tahu siapa pun di mana tempatnya. Kalau ketahuan, nanti korban kekerasan tidak merasa aman lagi,” ungkap Rury sembari berkelakar.
Salah satu pihak yang saat ini tinggal di Rumah Aman adalah anak-anak korban kekerasan seksual di Kelurahan Kayuringin Jaya, Bekasi Selatan, Kota Bekasi.
“Korban di Kayuringin belum bisa pulang karena masih merasa terganggu psikisnya. Pelakunya adalah kakeknya sendiri yang sehari-hari tinggal bersama mereka,” jelasnya.
(Baca: Cerita Kakek di Kayuringin Cabuli 3 Cucunya)
Ketiga bocah itu adalah YH (8), NV (6) dan ML (1,8). Kasus ini mencuat ketika YE (26), ibu korban, melapor ke KPAI dan kemudian dilanjutkan ke Polresta Bekasi Kota beberapa waktu lalu.
Pelakunya, SM (45), merupakan paman ibu korban. Jadi, tiga korban memanggil pelaku dengan sebutan kakek. Pelaku menjalankan aksinya berulang kali saat tidur bersama para korban.
“Persoalannya memang sangat kompleks. Mereka tinggal serumah. Keluarga ibu korban justru mengancam agar kasus ini tidak menyebar keluar, karena dianggap aib keluarga,” ungkapnya.
“Saya sempat bertanya kepada orangtua korban: lebih sayang anak atau keluarga? Mereka jawab sayang anak. Ya sudah kita dorong ke kantor polisi. Sekarang pelakunya sudah ditahan,” katanya.
(Baca: Serahkan Diri ke Polisi, Ini Pengakuan Kakek Cabul di Kayuringin Bekasi)
Rury mengaku sedih ketika mendengar cerita YE dan suaminya, serta tiga anaknya, harus terlunta-lunta dari masjid ke masjid karena tidak berani pulang ke rumah sebelum kasus itu dilaporkan ke KPAI.
“Bapak korban berprofesi sebagai supir angkot. Jadi mereka sempat hidup di jalanan. Begitu mengadu ke KPAI, kami langsung ungsikan mereka di Rumah Aman sampai benar-benar situasinya kembali normal,” katanya. (Res)